Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpikat Kehangatan Bromo-Tengger

Kompas.com - 30/07/2016, 09:03 WIB

Saat Bu Yuli memasak pada pukul 02.00, Pak Muliyat keluar pondok menembus gelapnya malam dan dinginnya udara yang berkabut. Ternyata, dia mengecek kendaraan tamu yang terparkir jauh selepas sawah.

”Di sini sebenarnya aman. Orang sini tidak akan berani berbuat jahat. Tapi, karena di sini jalur menuju Penanjakan 2, banyak orang lewat dari mana-mana. Takutnya ada yang tidak sengaja merusak kendaraan,” kata Pak Muliyat.

Saat para tamu terlelap, Pak Muliyat beberapa kali membelah sawah menengok mobil milik tamunya. Setelah dirasa aman, ia kembali ke pondok menemani para tamu yang bangun untuk makan sahur.

Saat hawa semakin dingin, Pak Muliyat dan Bu Yuli mengundang tamunya untuk gegeni (menghangatkan diri di depan perapian) di dapur. Sambil memasak kentang rebus, Bu Yuli dan Pak Muliyat bercerita banyak hal tentang Suku Tengger.

Ojo pek binek nggene konco, angur nggenehono. Dadi wong ojo ngutil. Ngutil sak jarum, nglironane sak pacul. (Jangan ambil punya teman, lebih baik memberi. Jadi orang jangan mencuri. Mencuri sebesar jarum, kita kenanya sebesar cangkul),” kata Pak Muliyat menirukan titi luhur (petuah) Tengger yang selalu diulang dan diingatkan oleh orangtua dan sesepuh Tengger. Mereka percaya karma. Tak heran, nyaris tak ada tindak kriminal di Tengger yang dilakukan warga Tengger.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com