Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Potensi Wisata Pabrik Gula di Situbondo

Kompas.com - 31/07/2016, 18:32 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SITUBONDO, KOMPAS.com - Sebuah lokomotif uap terparkir di depan gedung tua di kompleks Pabrik Gula (PG) Olean, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (30/7/2016) sore.

Meski sudah berusia puluhan tahun, lokomotif yang diberi nama "Semeru" itu masih terlihat bersih dan terawat.

Dua gerbong terlihat menempel di belakang lokomotif. Dari bentuknya, gerbong tersebut nampaknya tidak digunakan untuk mengangkut tebu, karena dilengkapi tempat duduk penumpang. 

Misgianto, sang masinis, terlihat sedang menyiapkan potongan kayu untuk bahan bahan bakar mesin lokomotif karena esok hari wisatawan mancanegara akan menyewa lokomotif tersebut untuk berkeliling kebun tebu.

Dibantu rekannya Rusmandono, Misgianto memeriksa satu persatu komponen lokomotif yang dilengkapi cerobong uap besar di bagian depannya itu.

"Lokomotif ini sudah sangat tua, lebih tua dari saya. Sama seperti orang tua, banyak penyakitnya," kata warga asli Desa Olean Tengah, Kecamatan Situbondo ini.

Untuk menjalankan lokomotif uap tersebut, Misgianto harus mulai membakar kayu-kayu tersebut sejak pagi.

Sebab, bahan bakar lokomotif harus dibakar setidaknya lima jam sebelumnya untuk memanaskan mesin.

"Kayunya harus kering semua, jika ada kayu yang basah, pembakaran bahan baku tidak akan maksimal," jelas bapak satu anak ini.

Misgianto sudah 13 tahun bekerja di PG warisan kolonial yang kini dikelola PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI itu.

Dia memiliki tanggung jawab mengoperasikan dan memelihara lokomotif yang sudah 10 tahun terakhir berubah fungsi dari pengangkut tebu menjadi sarana pengangkut wisatawan mancanegara yang berkunjung ke pabrik itu.

Misgianto juga yang selalu menemani para wisatawan yang ingin berkeliling kebun tebu dengan lokomotif uap.

"Hanya berkeliling ke kebun-kebun warga sambil berfoto, kadang sampai malam hari," tuturnya.

Sebenarnya PG Olean memiliki tiga lokomotif uap. Namun dua unit lainnya sudah tidak bisa dioperasikan karena kerusakan yang sudah terlalu parah akibat dimakan usia.

Bangkai kedua lokomotif tua tersebut disimoan di dalam gudang lokomotif yang terletak di belakang pabrik.

"Lagipula, pegawainya sudah banyak yang pensiun. Tidak semua bisa mengoperasikan lokomotif uap," tambah dia.

Sejak 10 tahun lalu, PG yang didirikan pemerintah Hindia Belanda pada 4 Agustus 1846 itu beralih menggunakan lokomotif diesel berbahan bakar solar untuk mengangkut tebu dari kebun.

Satu-satunya lokomotif uap yang tersisa kemudian hanya digunakan untuk sarana wisata.

Samuel Mahendra, seorang pegawai keuangan PG Olean menjelaskan, sebenarnya pabrik tidak menyediakan khusus lokomotif uap tersebut untuk wisata, hanya saja selalu ada permintaan dari wisatawan mancanegara meminjam lokomotif untuk berkeliling kebun tebu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com