JAKARTA, KOMPAS.com - "Kekinian", begitu kata yang tepat untuk menggambarkan generasi millennial. Mereka yang masuk dalam generasi ini lahir pada 1980 sampai awal 1990-an.
Generasi ini punya kecenderungan berbeda saat traveling. Seiring berkembangnya teknologi, kebutuhan generasi millennial pun bergeser dari satu hal ke hal lainnya.
"Generasi millennial anaknya social media banget," tutur Angga Adhitya Syailendra, Marketing & Communications Manager Hotel Indigo Bali Seminyak Beach saat berkunjung ke kantor KompasTravel, Kamis (4/8/2016).
Angga sudah memerhatikan kebutuhan millennial traveler sejak dua tahun belakangan. Pria itu juga sudah melanglangbuana dalam dunia perhotelan, khususnya di Bali. Menurutnya, para millennials rela tidak belanja baju dan menabung untuk traveling.
"Mereka lebih suka menabung dan lebih pada experiences. Fokus mereka bukan pada barang apa yang dipakai, tapi check in di mana," tambah Angga.
Hotel tempat Angga bekerja, Indigo Bali Seminyak Beach adalah salah satu hotel yang mengakomodir kebutuhan millennial traveler. Hotel yang akan launching pada Desember 2016 tersebut punya banyak spot yang instagenic.
"Itulah mengapa Hotel Indigo mendorong mereka untuk menjelajah ke luar hotel," tambahnya.
Salah satu ciri yang paling menonjol adalah kecintaan millennial traveler dengan produk lokal. Mulai dari pakaian, kopi, teh, interior, sampai pernak-pernik buatan lokal dengan mudah menjadi tren baru.
"Mereka (millennial traveler) rela menghabiskan banyak uang untuk membeli produk lokal," terang Angga.
Hal serupa dikemukakan Anti Purnamasari, Corporate Marketing & Communication Manager PT Intiwhiz International yang menaungi tiga brand hotel yakni Whiz, Whiz Prime, dan Grand Whiz.
"Soal pemesanan hotel, millennial traveler lebih memilih simple booking dibanding cara konvensional. WiFi adalah suatu keharusan. Mereka juga rajin membaca ulasan dari wisatawan lainnya soal hotel tersebut," tuturnya kepada KompasTravel.
Anti sepakat dengan pendapat Angga, bahwa millennial traveler lebih suka menjelajah destinasi dibanding tinggal di hotel.
"Mereka tinggal ambil kunci, taruh barang, kemudian pergi menjelajah destinasi," tambah Anti.
"Mereka lebih senang mendatangi tempat anti mainstream. Membawa kebanggaan tersendiri untuk mereka," tambah Angga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.