Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Labuan Bajo, Menembus Lorong Waktu Kepurbaan

Kompas.com - 09/08/2016, 16:15 WIB

”Bagi warga, mereka seperti halnya saudara tak boleh diganggu apalagi dibunuh, biarkan saja mereka ambil ternak karena mungkin mereka sedang butuh makanan,” kata Akhsan yang menjadi generasi keenam keluarga Suku Bajo yang tinggal di Pulau Komodo.

Ikatan kuat antara komodo dan warga juga ada di Pulau Rinca. Yongky Tajo (24), pemuda asli Rinca yang bekerja sebagai pemandu wisata, mengatakan, warga punya aturan sendiri untuk melarang pemburu asing datang berburu rusa dan kerbau di Rinca. Menurut Yongky, hewan-hewan itu menjadi makanan komodo.

Dia mengatakan, populasi komodo pernah berkurang karena kekurangan makan. Berkurangnya populasi itu membuat penduduk khawatir karena sebagian dari mereka hidup dari pariwisata komodo. Warga pun sepakat melarang perburuan hewan di hutan agar komodo tetap terjaga.

Kearifan lokal juga yang mengawetkan Wae Rebo di dalam kepungan modernitas zaman. Di tengah kencangnya arus urbanisasi, masyarakat Wae Rebo memilih hidup di tengah kesunyian di desa adat mereka. Dusun mereka yang terpencil dan jauh dari keramaian tak menyurutkan mereka untuk hidup di sana. Mereka tak ingin mengingkari pesan leluhur.

”Pesan itu kami pegang teguh hingga kini karena tak ingin ada aral yang menimpa kami,” kata Martinus Anggo, tokoh muda di Wae Rebo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com