Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menari Caci di Kampung Lembah Paundoa Flores

Kompas.com - 10/08/2016, 14:30 WIB
Markus Makur

Penulis

SUASANA tiga minggu lalu di Kampung Lembah Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Lalu lalang kendaraan roda dua dan empat menuju ke kampung itu.

Kerabat dekat serta warga tetangga kampung itu berhamburan menuju tempat atraksi caci. Aktivitas harian dari warga masyarakat di kampung itu berhenti total. Pada hari itu warga masyarakat  menyaksikan tradisi menari caci yang diwariskan leluhur orang Manggarai Timur.

Hari itu, merupakan puncak ritual ‘Nggare Tae Kamba’ untuk memperingati seorang tua adat di kampung itu yang sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu.

Anak-anak dan cucu-cucunya serta sanak saudara-saudari yang ada di kampung itu maupun yang tersebar di beberapa kampung tetangga mengadakan ritual ‘Nggare Tae Kamba’ sesuai adat istiadat Suku Rongga.

Menari Caci merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan apabila sudah dijanjikan kepada orang mati. Ini sesuatu yang harus ditaati oleh anak-anak dan sanak saudara dan saudari yang orang sudah meninggal dunia.

Kali ini namanya Tarian Caci Nggare Tae Kamba sesuai dengan adat istiadat Suku Rongga yang bermukim di wilayah Selatan Kabupaten Manggarai Timur.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Penari Caci di Kampung Lembah Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Permainan rakyat ini dilakukan satu lawan satu. Meski saling pukul dan menimbulkan luka, tidak ada dendam diantara kedua pemain.
Menari caci merupakan tradisi yang sangat kental bagi orang Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat.

Menari cari merupakan sebuah permainan rakyat yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh leluhur orang Manggarai Raya (Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat).

Permainan rakyat ini sangat berbeda di mana pemainnya ada dua orang. Satu lawan satu. Satu yang memukul dengan menggunakan cemeti (Larik) dan lawan menangkis dengan sebuah alat yang disebut Nggiling (sebuah tameng) berbentuk bulat yang terbuat dari kulit kerbau atau kulit kambing dan sapi.

Permainan rakyat ini hanya ada di wilayah Flores Barat. Permainan rakyat ini sambil menari-nari di tengah lapangan. Menari-nari saat memukul lawan sambil menyanyikan sebuah lirik lagu bahasa daerah setempat. Bahkan lawannya pun ikut menari-nari usai menangkis pukulan.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Ijuk muda sebagai alat cemeti pada permainan Caci di Kampung Lembah Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Permainan rakyat ini dilakukan satu lawan satu. Meski saling pukul dan menimbulkan luka, tidak ada dendam diantara kedua pemain.
Keunikan dari permainan rakyat ini terletak pada pemain-pemain yang turun di lapangan sambil menari-nari dan menyanyikan lirik lagu menghibur penonton maupun menggelabui lawan.

Saat itu, suara-suara emas dari pemain caci dilantunkan dengan dialek-dialek bahasa daerah setempat. Bahkan, pemain caci yang masih muda atau bujang menampilkan yang terbaik demi menggaet perhatian dari perempuan yang memadati lapangan.

Bahkan, ajang permainan caci juga bisa mempertemukan jodoh bagi pemuda dan pemudi. Di mana, kaum perempuan terhibur dengan goet-goet (dialek-dialek) yang dibawakan saat menari-nari di tengah lapangan sambil melemparkan senyuman kepada kaum perempuan yang memadati di pinggir lapangan.

Dalam sebuah permainan caci, ada beberapa peralatan caci yang disiapkan oleh tuan rumah, seperti Nggiling (Tameng), Larik (Cemeti) yang terbuat dari kulit kerbau bagi orang Manggarai dan Manggarai Barat sementara untuk orang Manggarai Timur memakai ijuk muda dari pohon Enau.

Selain itu, ada puga panggal (penutup kepala), selendang untuk menutup bagian wajah. Juga nggiring (alat bunyi yang terbuat dari besi berbentuk gong kecil). Gong kecil yang banyak ini biasanya dipakai di bagian belakang pinggang dari para penari caci.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com