Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kearifan di Kampung Adat Bena

Kompas.com - 23/08/2016, 19:14 WIB

ANDREAS Tuli (51) merasakan ada energi lain. Tubuhnya merinding saat membuka pintu depan rumah untuk mempersilakan tamunya masuk. Tamu itu datang untuk menginap, Minggu (14/8/2016) malam. Tepat di depan pintu itulah Andreas merasakan adanya kehadiran para leluhur. Mereka seolah ikut menyambut.

Itu pertanda bahwa para leluhur yang menjaga rumah kami sedang menyapa tamu yang baru datang,” katanya.

Di dinding ruang utama rumah berukuran 9 meter x 7 meter itu terdapat ukiran bertuliskan Soa Peka Bena, yang berarti rumah besar suku Bena. Di atasnya ada tulisan lain, Longa Yne Tena, berarti sang leluhur. Itu nama leluhur sekaligus pemilik pertama rumah besar Bena yang hidup ratusan tahun silam.

Andreas tak mengetahui persis sudah berapa keturunan menempati rumah itu. Namun, generasi penghuni rumah meyakini sang leluhur selalu ada di dalam rumah untuk menjaga keturunannya serta menghalau segala bahaya yang mengancam.

Rumah besar suku Bena terletak di sisi timur Kampung Adat Bena di Desa Tiwo Riwu, Kecamatan Jerebu’u, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kampung itu menjadi salah satu obyek wisata utama Ngada. Setiap hari, wisatawan ramai berkunjung menyusuri rumah-rumah adat beratap ilalang kering dan berdinding kayu. Di sekitar itu, masyarakat menjaga kubur-kubur batu nenek moyang mereka.

Di tengah melesatnya perkembangan peradaban, masyarakat Kampung Adat Bena bertahan dengan cara hidup tradisional. Kondisi itu yang disaksikan langsung oleh peserta Jelajah Sepeda Flores-Timor saat menginap satu malam.

Kampung adat itu menjadi garis akhir etape kedua jelajah sepeda. Rombongan tiba pada Minggu (14/8/2016) petang, seusai menempuh jalur Ruteng-Bajawa sepanjang 139 kilometer.

Andreas mengatakan, kampung itu selalu terbuka bagi semua orang yang datang dengan niat baik. Sapaan para leluhur yang membuat bulu kuduknya merinding adalah pertanda bahwa ada restu. Sepanjang malam itu pula seluruh tamu dengan ramah dijamu.

Mereka disebar menginap di 43 rumah adat, yang berdiri berderet dan saling berhadapan, dengan hanya terpisahkan sehamparan luas lahan untuk tempat berkumpul warga dan kuburan.

Keadaan akan berbeda apabila kedatangan tamu tidak mendapat restu. Ada sejumlah tanda muncul. Misalnya, tamu akan terjatuh sebelum masuk ke dalam kampung.

Di Bena, warga rutin menggelar upacara adat reba yang berarti upacara syukur atas panen. Ada pula upacara adat peresmian rumah baru. Setiap kali ada upacara, mereka wajib memberi sesaji kepada leluhur di dalam bilik utama rumah besar atau disebut soa meze.

Sesajian berupa daging kerbau atau babi. Tanduk kerbau atau tulang rahang babi, selanjutnya dipasang di bagian depan rumah. Semakin banyak deretan tulang atau tanduk, menandakan usia rumah itu sangat tua.

Bilik utama dalam rumah menjadi tempat sesajen sekaligus dapur dan kamar keluarga. Tidak ada tempat tidur. Warga juga tidak menggunakan peralatan elektronik modern. Untuk memasak, mereka menggunakan tungku kayu bakar di dapurnya.

Meskipun tidur di lantai, pemilik rumah mengatur suhu dalam rumah dengan menggunakan papan yang disusun rapat. Penyusunan yang rapat menyulitkan angin menembus.

Kampung itu berada persis di lembah timur Gunung Inerie, di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Suhu udara berkisar 22 derajat Celsius, dingin dirasakan para tamu.

Masih lestari

Sebaran kampung-kampung adat seperti di Bena tetap lestari hingga kini. Itulah salah satu kekayaan Pulau Flores yang memiliki sekitar 200 kampung adat. Penduduknya menerapkan keunikan berbeda dalam cara hidup yang tradisional. Mereka pun melestarikan tradisi adat yang dapat dikelola sebagai atraksi budaya. Penduduk di kampung adat umumnya terbuka menyambut kehadiran tamu.

KOMPAS/DANU KUSWORO Tiga ibu menyelesaikan pembuatan kain tenun dengan cara tradisional di sanggar tenun ikat pimpinan Alfonsa Horeng, di Nita Pleat, Desa Nita, Kabupaten Sikka, Kamis (4/8/2016). Sanggar ini menjadi wadah ibu-ibu penenun tradisional yang tinggal di sekitar tempat itu.
Setiap kali wisatawan berkunjung dan bertanya-tanya soal kehidupan para penghuni, mereka selalu menjawab disertai senyuman. Warga tidak keberatan jika ada tamu menginap, asal datang dengan niat baik.

”Ada pengurus desa yang mengatur tamu menginap di rumah siapa. Digilir dari rumah ke rumah,” kata Maria Mole (60), warga suku Dizi yang menempati Kampung Adat Bena.

Kepala Desa Tiworiwu, Kecamatan Jerebu’u, Ngada, Thomas Djawa mengatakan, kampung adat itu ramai dikunjungi wisatawan sejak tahun 1990. Wisatawan kian membeludak mulai tahun 2012.

Pemerintah Desa Tiwo Riwu dan Dinas Pariwisata Ngada mendata, wisatawan yang berkunjung 7.560 orang pada 2012, kemudian naik menjadi 9.678 orang (2013), lalu menjadi 12.350 orang (2014), dan terjadi lonjakan pada tahun berikutnya, yaitu 18.537 wisatawan. ”Mereka datang dari sejumlah daerah dan negara,” kata Thomas.

Para penduduk yang semula bermata pencarian utama sebagai petani berangsur menekuni penuh usaha tenun ikat. Di setiap rumah, para ibu menenun dari pagi hingga menjelang sore. Kain-kain hasil tenunan terpajang di halaman rumah.

Djawa menuturkan, keunikan yang dipertahankan warga Kampung Adat Bena terinspirasi pesan leluhur dari sembilan suku yang mendiami kampung itu. ”Jaga tanah, jaga batu, jaga ternak, jaga kayu untuk hidup. Semua dijaga bagi anak dan cucu,” kata Djawa.

Bupati Ngada Marianus Sae mengakui, selama ini pembangunan belum banyak menyentuh Kampung Adat Bena. Penyebabnya, pemerintah melihat kemandirian masyarakat setempat. Pemkab juga masih lebih fokus membangun infrastuktur dasar, seperti listrik, jalan, dan air tiga tahun ke depan, ketimbang pengembangan pariwisata.

Akan tetapi, ia berjanji ke depan akan memerhatikan sarana pendukung di Kampung Bena. Sejumlah fasilitas, seperti toilet, akan diperbanyak dan yang buruk akan diperbaiki. ”Setelah ini, kami akan fokus ke sektor pariwisata,” katanya. (Frans Pati Herin/ Kornelis Kewa Ama/Irma Tambunan)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Agustus 2016, di halaman 22 dengan judul "Kearifan di Kampung Adat Bena".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com