Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/09/2016, 18:45 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

"Kapal pesiar bisa menaik-turunkan penumpang di 5 pelabuhan tersebut," kata Arief.

Langkah debirokrasi, lanjut Arief, yang dilakukan adalah implementasi teknologi digital. "Kita harus semakin digital," ujarnya.

Karena itulah, Kementerian Pariwisata sekarang sedang mengembangkan antara lain E-Government, E-Tourism, Travel Exchange Indonesia (TXI), dan Indonesia Travel Data Warehouse (ITDW).

"Kami punya War Room untuk menjadi pemain global, dan siap bersaing di level internasional," kata Arief.

"Harga" pariwisata

Merujuk data terbaru World Travel & Tourism Council (WTTC), sebut Arief, sektor pariwisata Indonesia memberikan kontribusi 10 persen dari total PDB, dengan nominal tertinggi di ASEAN.

Pertumbuhan PDB pariwisata sebesar 4,8 persen dan memiliki potensi untuk mencapai 7 persen. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan industri pertanian, otomotif, manufaktur, dan pertambangan.

"Selain itu, saya juga ingin menunjukkan bahwa pendapatan dari 1 juta dollar AS valuta asing (valas) dalam pariwisata akan menghasilkan 1,7 juta dollar AS, atau berkontribusi 170 persen bagi PDB pariwisata, sebagai penyumbang tertinggi dibandingkan industri lainnya," ujar Arief.

Pada 2015 lalu devisa pariwisata menempati peringkat keempat, dengan kontribusi 9,3 persen dari devisa yang masuk Indonesia. Industri pariwisata pun tercatat tumbuh 13 persen pada tahun itu.

"Ini perlu dicatat baik-baik, biaya pemasaran pariwisata hanya 2 persen dari proyeksi pendapatan devisa. Jadi tinggal kita balik, kita menginginkan proyeksi berapa, maka dua persennyalah biaya promosinya," imbuh Arief.

Hingga akhir 2015, papar Arief, pariwisata menyediakan 9,8 juta pekerjaan. Angka itu setara 8,4 persen lapangan kerja nasional. Total pertumbuhan sektor pariwisata menembus 30 persen dalam 5 tahun terakhir.

"Pariwisata hanya perlu 5.000 dollar AS untuk membuat satu pekerjaan penuh-waktu, sedangkan industri lain membutuhkan lebih dari 100.000 dollar AS," jelas Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com