Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyambut Matahari Terbit di Sanur, Wow Indahnya...

Kompas.com - 04/09/2016, 15:04 WIB

SANUR, KOMPAS.com - Kesal! berkali-kali mencoba menyeberang jalan, tidak satu pun kendaraan yang mau berhenti. Setiap detik mobil dan motor berlalu-lalang menyemprot asap yang menusuk hidung.

Suara klakson berbunyi bersahut-sahutan memekakkan telinga. Bau knalpot sepeda motor beradu dengan parfum para pengendaranya.

Saya berhenti sejenak,  mencari tempat penyeberangan lain agar bisa lewat, sambil melirik rambu lalu lintas. "Kene gumin cange jani! (Begini daerahku sekarang)," bisik daya dalam hati.

Pegok Sesetan sebagai tanah kelahiran, yang terletak di Denpasar Selatan ini sungguh sangat amat berbeda ketika dibandingkan tahun 1980. Namun demikian sekesal-kesalnya saya, Pegok Sesetan tetap saja membuat hati senang.

Pada awal Juli 2016 di Denpasar Bali, suhu udara  menyengat, mengucurkan keringat pembawa resah dan gelisah. Ketiga anak saya pun protes berat dengan suhu tersebut. Saya selalu berusaha meyakinkan mereka bahwa Bali itu lebih baik dari negeri Belgia. Maksud hati tiada lain agar lebih mencintai Bali Indonesia.

MADE AGUS WARDANA Canda ria anak-anak bermain di Pantai Sanur, Bali.
Maklumlah mereka semua terlahir di Belgia, negeri yang memberikan pertumbuhan fisik, pendidikan dan fasilitasi publik. Berbagai cara saya lakukan untuk mempengaruhi dan menyenangkan hatinya agar mencintai Bali yang katanya dahulu kala sering disebut Paradise.

Mungkin itulah fakta sekilas tentang apa yang saya alami di Pegok Sesetan di mana saya dilahirkan. Penduduk pendatang benar-benar membanjiri segala lini kehidupan bahkan jumlahnya telah melebihi penduduk asli. Kita sudah tidak mengenal satu sama lain.

Budaya menyapa dengan ucapan santun mulai terabaikan. Sedikit demi sedikit budaya Bali mulai tersaingi. Sayang beribu sayang jika budaya Hindu Bali yang penuh santun dan damai itu akan digerus pemikiran yang berorientasi serba uang dan uang.

Namun demikian, apapun gambaran fakta  tersebut, Pegok Sesetan akan tetap membuat hati saya senang.

Romantisme matahari terbit

Pagi itu tepat pukul 06.00 saya terbangun dari tempat tidur kamar Hotel Inna Sindhu Beach di Sanur. Kicau burung bersahutan satu sama lain menjalin improvisasi melodi.

MADE AGUS WARDANA Turis Eropa menantikan matahari terbit di Pantai Sanur, Bali.
Nuansa pagi yang sejuk dan asri terasa kuat. Burung-burung sepertinya mengingatkan saya untuk segera menuju pesisir Pantai Sindhu.

Lihatlah suasana pagi yang diidamkan banyak orang. Bali masih cantik dan tanpa polusi. Semakin saya mendekat semakin keras suara ombak beriak menerjang gundukan pasir.

Angin sepoi-sepoi menghanyutkan jukung atau perahu kayu milik para nelayan yang tertambat di bibir pantai. Perahu bergoyang mengikuti aliran ombak yang semakin membesar.

Di samping saya duduk mesra sepasang sejoli warga Eropa.  Mereka menunggu detik-detik terbitnya matahari pagi, bersiap menangkap momen munculnya Sang Surya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com