Sementara berdasarkan gaya atau style-nya, mooncake dikategorikan menjadi:
• Cantonese-style mooncake: ini yang paling mendunia, berasal dari provinsi Guangdong, dan di tempat asalnya terdapat lebih dari 200 variasi.
• Suzhou-style mooncake: bermula dari ribuan tahun lalu, campuran yang royal dari lemak binatang dan gula serta tepung. Model yang ini banyak juga terdapat di Indonesia.
• Beijing-sytle mooncake: ada 2 variasi, yang satu disebut dengan di qiang, yang lebih mirip dengan Suzhou style. Dan satu lagi disebut dengan fan mao, di mana rasanya cenderung lebih flaky.
• Chaoshan (Tiociu)-style mooncake: ini juga flaky tapi lebih memiliki diameter yang lebih besar daripada Cantonese-style, tapi lebih tipis. Aroma lemak yang digunakan akan lebih kuat untuk style ini.
• Ningbo-style mooncake: lebih khusus di provinsi Zhejiang, rasa lebih cenderung ke asin dan spicy.
• Yunnan-style mooncake: cenderung lebih manis.
Mooncake modern sekarang lebih banyak lagi variasinya, ada yang dari agar-agar, ada yang dari ketan/glutinous rice, ada yang isinya keju, chicken floss (abon ayam), tiramisu, bahkan ice cream, kopi dan lainnya.
Mooncake di Indonesia
Entah sejak kapan mooncake muncul di Indonesia. Saya rasa usianya sudah sama tuanya dengan usia imigran perantauan dari Tiongkok yang pertama datang ke Indonesia.
Di Semarang, kota kelahiran saya, mooncake yang paling populer adalah 2 jenis, yaitu Cantonese-style mooncake, yang banyak dibikin oleh restoran-restoran lama di Semarang, seperti Phien Thjwan Hiang, Pringgading, kemudian yang khusus memproduksi seperti Kiem Liong, dan Cap Bayi. Serta style dari Suzhou dan Tiociu yang kemudian diadaptasi namanya menjadi PIA.
Mooncake memang akhirnya diadaptasi namanya menjadi PIA, yang berasal dari dialek Hokkian dari ucapan Mandarin’nya “bing” (baca ping).
Segala jenis makanan seperti ini lalu dinamakan pia, termasuk bakpia pathok di Jogja, pia Kemuning di Semarang, Pia Cap Bayi, dan sebagainya.
Pia-pia di Indonesia ini mengadaptasi dari Suzhou dan Tiociu-sytle mooncake, dengan kulit yang lebih crispy dan flaky dan terlihat lapisan-lapisan yang membentuk kulit pia itu.
Awalnya, lapisan-lapisan pia itu memang diberi campuran lemak babi. Namun seiring tuntutan jaman dan masyarakat, kini ditemukan bahan-bahan pengganti yang bisa menciptakan efek lapis-lapis tadi tanpa menggunakan lemak babi.
Sekarang di Indonesia kue pia sudah bebas dari lemak babi, kecuali yang memang khusus diisi daging babi cincang, atau produk-produk turunan babi.
Pada waktu saya kecil, masa-masa sembahyangan tiong jiu pia (lafal lain lagi dari “zhong qiu yue bing”, baca: cung jiu yue ping, yang disingkat menghilangkan kata yue), merupakan masa-masa yang paling dinanti.
Kombinasi pia model Suzhou dan Tiociu style berjajar bersama di meja bersama dengan mooncake model Cantonese. Sungguh nikmat dan lezat menikmati bersama keluarga kami. Walaupun waktu itu masih jaman represif, tapi masih saja bisa merayakan Mooncake Festival ini di kalangan keluarga sendiri.
Kini keturunan dari kue bulan, yang walaupun berasal dari luar, sudah menyatu di Indonesia dan memperkaya khasanah budaya Indonesia.
Bila sekarang kita menjumpai makanan dengan embel-embel nama PIA, seperti bakpia yang menjadi oleh-oleh “wajib” dari Jogja, atau juga Pia Malang, maka kita tahu bahwa makanan itu berakar dari mooncake, alias ‘tiong jiu atau lidah orang Jawa menyebutnya ‘tong ju pia’.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.