Mendatangi kedai kopi telah menjadi rutinitas sehari-hari bagi masyarakat Belitung. Dari sekadar berbincang sampai membahas topik serius, biasa mereka lakukan di sini berteman segelas minuman kopi hitam.
Salah satu kedai kopi yang melegenda adalah Warung Kopi Ake. Sang pemilik, Akiong, mengaku setiap hari lebih dari 50 orang datang ke kedainya. Bahkan, kata dia, tak jarang para pejabat menggelar rapat sambil menikmati kopi di kedainya.
"Dari dulu sejak zaman kakek, Warung Ake memang tempatnya orang-orang seperti guru-guru sampai pejabat. Dulu tak ada koran, jadi cerita-cerita apa saja tentang politik," kata Ake seperti dikutip Kompas.com, Selasa (15/3/2016).
Kedai lain yang juga melegenda di Belitung adalah Warung Kopi Kong Djie di persimpangan Jalan Kemuning dan Jalan Siburik Barat.
Kebiasaan minum kopi bersama di kedai juga datang dari latar belakang penduduk yang bekerja di pertambangan pada waktu itu. Sepulang kerja di tambang, para pekerja biasa berkumpul di kedai kopi.
"Umumnya kerja tambang selesai sore hari. Jadi untuk menghilangkan rasa penat mereka berkumpul, silaturahmi sambil ngopi," ujar Salim.
Dari timah ke pariwisata
Cerita soal pekerja tambang yang biasa berkumpul di kedai kopi meluncur pula dari penuturan pemilik Warkop Milenium, Markus Joapinto.
“Sampai pada titik majunya perusahaan penambang timah dahulu, semakin terkenal pula budaya minum kopi,” ujar Markus seperti dilansir Kompas.com, Sabtu (12/3/2016). (Baca : "Sunrise", Jazz, dan Bromo )
Dahulu, timah menghidupi Belitung selama bertahun-tahun. Ketika tambang timah mulai redup, kini pesona Belitung mencuat menjadi sumber pendapatan baru dari sektor pariwisata.
Tanjung Kelayang, salah satunya. Kawasan ini merupakan pantai berpasir putih nan lembut yang terletak di utara Pulau Belitung. Di pantai ini juga, batuan granit raksasa bertebaran.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.