JAKARTA, KOMPAS.com — Bagi sebagian orang, menyantap daging steak atau steik dengan baluran bumbu barbeku tentu akan menggoyang lidah dan membuat ketagihan. Kematangan daging yang bervariasi akan menyajikan sensasi yang berbeda.
Nah, biasanya saat memesan menu steik, pramusaji akan bertanya tentang tingkat kematangan daging yang dikehendaki oleh konsumen. Pramusaji akan menyebutkan istilah rare, medium rare, medium, medium well, atau well done.
Apakah maksud dari istilah-istilah tersebut? Simak penjelasan Chef Roberstus Wisnu Untoro yang telah melanglang buana di dunia masak selama lebih kurang 25 tahun.
1. Rare
Tingkat kematangan daging steik rare memiliki lama pemanggangan yang tak lama. Chef Wisnu mengatakan, pada tingkat ini daging steik hanya dipanggang 3-5 menit.
Pada karakteristik daging steik yang dimasak dengan tingkat kematangan rare, sebagian besar masih mentah, masih berwarna merah, dan daging masih terasa berair (juicy).
2. Medium rare
Medium rare adalah satu tingkat di atas rare. Pada tingkat ini, daging steik telah matang di bagian luar, tetapi masih banyak daging yang mentah pada bagian tengah.
Tingkat juicy pada medium rare biasanya masih dapat dirasakan. Tekstur daging pada tingkat medium rare cenderung empuk dan lembut.
Setingkat di atas medium rare, tingkat kematangan daging lainnya adalah medium. Pada tingkat ini, daging telah matang pada bagian luar, tetapi masih tersisa bagian yang mentah pada bagian tengah.
Tingkat kemerahan daging pada medium adalah merah muda. Pada level ini, rasa juicy dari daging masih bisa dirasakan.
4. Medium well
Menurut Wisnu, tingkat kematangan medium well adalah perpaduan antara daging yang cukup empuk dan sisa-sisa juicy yang masih terasa. Pada tingkat ini, warna merah daging telah tersisa sedikit di bagian tengah.
5. Well done