Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanggar Joko Lelono Tawarkan Wisata Seni dan Alam Lereng Sindoro

Kompas.com - 04/10/2016, 12:11 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

WONOSOBO, KOMPAS.com - Warga Desa Candiyasan, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, meresmikan padepokan sanggar Joko Lelono. Sebuah sanggar impian warga untuk mengekspresikan seni budaya lereng Gunung Sindoro dan sekitarnya.

Sejak beberapa bulan yang lalu, warga bahu membahu membangun padepokan di atas lahan seluas 3.200 meter persegi itu tidak jauh dari jalan utama Wonosobo-Semarang, Jawa Tengah. Padepokan berbentuk rumah joglo terasa kental akan suasana khas tradisional Jawa. Kesejukan udara serta pemandangan nan asri menambah keelokan padepokan ini.

Wasilah, Kepala Desa Candiyasan, menuturkan bahwa antusiasme warga Desa Candiyasan akan seni budaya tradisional begitu besar. Padepokan sanggar Joko Lelono akan menjadi tempat aktualisasi diri serta diharapkan dapat menarik wisawatan luar daerah untuk datang ke desa berudara sejuk itu.

"Kami mendengar aspirasi dan antusiasme warga, khususnya generasi muda yang memiliki minat dan bakat berkesenian. Adanya sanggar ini kami semoga warga bisa memanfaatkan secara maksimal," kata Wasilah, di sela-sela peresmian Padepokan Sanggar Joko Lelono, Desa Candiyasan, Senin (3/10/2016).

Menurut Wasilah, jika seni budaya Desa Candiyasan berkembang dengan baik dan didukung oleh fasilitas yang memadai maka akan mengangkat potensi yang lain, antara lain di bidang pariwisata dan ekonomi yang juga akan bergerak.

"Dengan semakin maraknya kegiatan berkesenian warga masyarakat Candiyasan, saya juga berharap geliat perekonomian desa semakin kuat, sehingga keberadaan sanggar seni ini juga mampu memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan mereka," lanjut Wasilah.

Dia menyebut, pembangunan padepokan yang dibangun menggunakan dana swadaya masyarakat dan sebagian dana transfer desa itu juga terinspirasi dari sebuah padepokan serupa yang ada di Kota Bandung, Jawa Barat, yang terbukti berhasil menarik kunjungan wisatawan dan mendatangkan keuntungan ekonomi untuk warga di sekitarnya.

"Jadi nantinya di padepokan ini secara rutin juga akan digelar beragam jenis kesenian khas seperti Kuda Lumping, Mursinan, Bangilun, Gambus Widodaren, Waro dan Lengger, serta sendratari hasil kreasi warga," papar Wasilah.

Ketua Kelompok Seni Desa Candiyasan Edi Kriyono mengaku akan berusaha untuk mengenalkan beberapa jenis seni budaya khas, seperti Bengilun, Mursinan, Kuda Kepang, sampai jenis tari kreasi baru, yaitu Sendratari Kebo Marcuet.

Disamping itu, sebuah kearifan lokal tahunan yang warga sebut Merti Desa, juga menjadi salah satu agenda yang patut disaksikan oleh wisatawan di Desa Candiyasan.

Merti Desa biasanya digelar setiap awal Tahun Baru Hijriyah berisi pertunjukan seni budaya tradisional namun kental akan nilai spiritual.

"Kami siap dan membuka diri untuk seluruh masyarakat Wonosobo dan daerah lain untuk menyaksikan berbagai pentas kesenian, termasuk wayang kulit di sanggar ini," ucap Edi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com