Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Rifaiyah, Membatik Sambil Berdakwah

Kompas.com - 01/11/2016, 06:35 WIB
Kontributor Travel, Fira Abdurachman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Batik Rifaiyah adalah batik yang diajarkan oleh Kiai Rifa’i. Makanya dinamakan batik Rifaiyah untuk menghormati sang guru yang mengajarkan agama Islam sambil membatik.

“Itulah spirit kami," kata Miftahutin, Ketua Paguyuban Batik Rifaiyah.

Ketika ditanya sejak kapan batik Rifaiyah ada, Miftahutin menjawab, "Wah, ndak tahu Mbak. Pokoknya sudah sejak nenek moyang. Sudah turun temurun."

(BACA: Ini Dia 5 Wisata Batik yang Bisa Anda Kunjungi)

Saat menyebarkan agama Islam, Kiai Rifa’i mengajarkan cara membatik kepada para murid-muridnya. Sambil membatik, para seniman batik ini mendendangkan syair-syair bernuansa Islam.

“Maknanya, selain belajar agama juga untuk menghibur dengan mendendang shalawat dan syaratan," kata Miftahutin.

KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Beragam corak batik Rifaiyah dipamerkan di Meet The Makers, Jakarta, Sabtu (29/10/2016).
Semua pembatik dan pengikut Kiai Ri’fai hafal syair atau syaratan dari 63 kitab. Kitab ini berisikan syariat, ajaran, dan nasihat-nasihat agama Islam.

Batik Rifaiyah berasal dari Desa Kali Pucang, Batang, Jawa Tengah. Sabtu (29/10/2016), batik Rifaiyah memamerkan kain batiknya di acara pameran Meet The Makers di sebuah pusat perbelanjaan mewah di Jakarta.

Acara ini adalah ajang pertemuan para seniman wastra se Indonesia. Para pembatik Rifaiyah juga sempat memperlihatkan proses pembuatan batik Rifaiyah kepada publik.

Batik Rifaiyah memiliki beberapa pakem atau aturan. Yang utama adalah corak batiknya tidak boleh menggambarkan binatang dan mahluk hidup.

Corak ini biasanya disamarkan atau dipadu dengan corak tumbuhan, daun, atau bunga. Cara pemakaiannya juga disarankan dengan dililit tradisional tanpa peniti dan tanpa digunting.

KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Proses pembuatan batik Rifaiyah di Meet The Makers, Jakarta, Sabtu (29/10/2016).
Salah satu cirinya juga adalah batik ini tergambar pada 2 sisi kainnya. Orang awam biasa menyebutnya “bolak balik”. Hanya boleh 2 warna, biasa disebut bangbiron atau abang artinya merah dan biru. Maksimal 3 warna atau biasa disebut batik 3 negeri.

“Batiknya tidak jiplak. Langsung pakai tangan. Makanya harus telaten, tak boleh ada yang terlewatkan," kata Miftahutin.

Batik Rifaiyah secara turun temurun memiliki 24 pakem corak batik. Sekarang sudah mulai berkembang sampai 30-an corak.

Miftahutin mengungkapkan, semua penduduk desanya bisa menjahit. “Anak perempuan Rifaiyah pasti diajarkan membatik dari keluarganya. Dari mulai mencuci, mlorot, sampai membatik," ucap Miftahutin kepada KompasTravel.

Ini sesuai dengan budaya bahwa anak perempuan tidak boleh keluar jauh dari rumah dan melakukan kegiatan yang berat. Sedangkan para lelakinya keluar rumah untuk mencari kerja.

KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Proses pembuatan batik Rifaiyah di Meet The Makers, Jakarta, Sabtu (29/10/2016).
Batik Rifaiyah sampai sekarang tidak ada tempat penjualan khusus. Biasanya para pembeli atau pecinta batik datang langsung ke Desa Kali Pucung, Batang, Jawa Tengah. Bisa juga membeli di pameran jika ada.

Miftahutin mengatakan, "Ini awalnya memang untuk menutup aurat. Sekaligus identitas Rifaiyah”.

Harganya pun beragam. Biasa di kisaran Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta tergantung tingkat kesulitan dan umur kain. “Ada yang sudah 10 tahun, yang 50 tahun juga ada," kata Miftahutin. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com