Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakatobi, “Surga” yang Tak Bikin Kernyit Dahi!

Kompas.com - 03/11/2016, 13:45 WIB

Beberapa jenis penyu juga menjadikan taman ini sebagai rumah mereka, seperti penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Perairan Wakatobi memiliki "tamu" setia yang menjadikan perairan Wakatobi sebagai taman bermainnya. "Tamu" itu tidak lain dan tidak bukan adalah ikan paus sperma (Physeter macrocephalus).

Biasanya, kawanan paus sperma berada di Wakatobi pada bulan November, saat belahan bumi lain membeku. Pada bulan tersebut, perairan Wakatobi relatif lebih hangat dan berlimpah pakan yang bisa mengenyangkan perut kawanan paus.

Wakatobi juga menjadi tempat bermain ikan pari manta (Manta ray) yang ukuran tubuhnya tergolong raksasa. Pari manta merupakan salah satu jenis ikan yang khas dan unik, yang hanya terdapat di perairan tropis.

Keberadaan 25 gugusan terumbu karang dan kedalamannya menjadikan perairan di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi tempat yang ideal bagi berbagai jenis biota laut untuk tinggal, juga menjadikan penghuni laut di sini memiliki nilai estetika dan konservasi yang tinggi.

Secara spesifik Taman Nasional Kepulauan Wakatobi dikelilingi pantai dari pulau-pulau karang sepanjang 600 km serta obyek wisata pantai dan tersebar di seluruh wilayah Wakatobi sangat potensial untuk dikelola. Jadi, bukan tanpa alasan jika kawasan pantai di wilayah ini sangat cocok untuk wisata seperti diving, snorkeling, berenang, dan memancing.

 Cantik menarik

Adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yang menjadikan Wakatobi menjadi satu dari 10 Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KSPN). Laporan laman Kompas.com per 1 November 2016, menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Wakatobi sudah menyiapkan berbagai perencanaan membuat taman nasional ini kian cantik menarik bagi para pelancong.

Bupati Wakatobi Arhawi Ruda sempat mengatakan bahwa target kunjungan wisatawan baik domestik dan lokal ke Wakatobi sampai dengan 2016 usai adalah 25.000 orang. Jumlah ini naik 7.000 orang ketimbang pencapaian pada 2015.

Rencana besar yang bakal diwujudkan segera adalah penataan empat pulau besar Wakatobi. Sampai kini, begitu banyak potensi di Wakatobi yang terpencar. Tantangan yang mengemuka adalah belum ada keterhubungan yang menyatu dari potensi-potensi itu.

Sebut saja Pulau Kapota yang berada di tengah gunung dengan danau air asin serta gua kelelawar. Pantai Kapota juga dikenal sebagai tempat menyelam terindah. (Baca:Festival Wakatobi Digelar 18 Desember 2016).

Selain itu ada Pulau Runduma yang berjarak 42 mil dari pulau besar Wakatobi di tengah-tengah Laut banda. Di sinilah ikan napoleon paling banyak dijumpai. Menarik bukan?

Adapun percepatan pembangunan yang segera dilakukan adalah revitalisasi dan penataan pantai di Pulau Wangi-wangi sepanjang 1.400 meter. Pemkab Wakatobi akan menjadikannya sebagai ruang publik yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat juga wisatawan.

Sudah barang tentu, andai saja pembangunan yang bakal menelan dana hingga Rp 1,2 triliun itu terwujud semua, Wakatobi adalah destinasi dambaan insan yang menyukai perjalanan wisata laut.

Apalagi, percepatan pembangunan itu bakal memudahkan pelancong bisa datang dari mana saja menuju Wakatobi. Saat ini, perjalanan menuju ke Wakatobi paling mudah dilakukan dengan pesawat terbang.

Begini caranya. Dari Jakarta atau juga dari kota-kota lainnya di Tanah Air, silakan terbang dengan pesawat paling awal menuju ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Dari Kota Daeng itu, silakan terbang menuju Bandara Matahora di Pulau Wangi-wangi. Jadwal keberangkatan saat ini tersedia tujuh hari dalam seminggu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com