Sempat Terpuruk
Gerabah Klipoh sejauh ini telah dikenal dan diminati konsumen karena kualitas. Perekonomian masyarakat pun terangkat dari industri gerabah ini. Namun industri ini juga sempat terpuruk seiring merebaknya industri plastik dan produk pabrikan lainnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan semakin berkurangnya bahan baku tanah liat. Regenarasi pembuat gerabah juga dinilai minim. Tidak banyak generasi muda saat ini yang mau belajar membuat dan berwirausaha gerabah ini.
"Anak-anak sekarang enggan belajar membuat gerabah. Makanya saya sedikit memaksa anak saya untuk belajar gerabah. Bersyukur mereka mau, sebab kalau tidak diwariskan siapa lagi yang akan mempertahankan gerabah. Bisa-bisa gerabah Klipoh punah di masa yang akan datang," ungkapnya.
Destinasi Wisata Alternatif
Menurut suami dari Yumaroh (45) itu industri gerabah belakangan kembali bergairah. Selain diprioritaskan pada penjualan produk, kini gerabah Klipoh menjadi salah satu destinasi wisata di sekitar Candi Borobudur.
Sektor ini terbukti membantu mengangkat kembali perekonomian masyarakat Klipoh. Masyarakat dibantu oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, pemerintah desa dan stake holder setempat membuat terobosan dengan membuat paket atau program membuat gerabah bagi wisatawan Borobudur.
"Kami memberikan paket wisata bagi pelajar, umum maupun turis dengan harga terjangkau mulai Rp 15.000 per orang. Mereka bisa langsung praktik membuat gerabah. Turis asing juga banyak yang berminat, seperti dari Belanda, China, hingga Australia," katanya.
“Kami mengadakan berbagai kegiatan seni budaya, misalnya festival gerabah pada peringatan Hari Santri Nasional akhir Oktober 2016 lalu. Tujuannya agar masyarakat semakin tergugah pada sektor ini," kata Muhammad Catur Windarmoko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.