MAGELANG, KOMPAS.com - Berwisata ke Candi Borobudur tidak lengkap jika tidak mampir ke kampung gerabah Klipoh atau Nglipoh yang letaknya sekitar empat kilometer barat daya candi Buddha itu.
Kampung ini menawarkan pengalaman menarik bagi wisatawan yang ingin mencoba membuat sendiri kerajinan dari tanah liat (lempung) atau gerabah. Kampung ini memang sudah lama dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah. Sebagian besar penduduknya adalah perajin gerabah.
Ratusan jenis gerabah dihasilkan oleh penduduk Klipoh yang kemudian dipasarkan ke luar daerah.
(BACA: Cara Menuju Sentra Industri Gerabah Dusun Klepoh)
Adalah Supoyo, salah satu perajin gerabah Klipoh. Sejak puluhan tahun lalu Supoyo akrab dengan seni kerajinan tanah liat yang diwariskan oleh orang tuanya. Konon usia munculnya kerajinan gerabah Klipoh sama dengan usia Candi Borobudur yang diduga dibangun pada abad ke-9 itu.
Supoyo pun bisa membuat kerajinan gerabah tanpa harus belajar formal. Sebab, sejak kecil ia terbiasa melihat orang tua dan warga di lingkungan sekitarnya yang membuat kerajinan itu.
(BACA: Mau Buat Gerabah seperti Demi Moore di Film"The Ghost"? Datang ke Sini...)
Supoyo yang kini dipercaya menjadi Ketua Perajin Bina Karya Dusun Klipoh itu mengatakan dari sekitar 270 kepala keluarga (KK), 80 persen di antaranya berprofesi sebagai perajin gerabah.
Setidaknya 70 jenis gerabah telah dihasilkan, mulai dari asbak, tempat lilin, kendi, mangkok, cangkir, pot bunga sampai miniatur patung Buddha dan Candi Borobudur.
"Selama ini pemasaran sebagian besar ke daerah sekitar Kabupaten Magelang. Namun ada juga yang sudah sampai ke luar daerah dan mancanegara," kata Supoyo.
Harga kerajinan gerabah Klipoh bervariasi tergantung ukuran dan kerumitan pembuatannya. Harga yang termurah Rp 1.000 sampai yang termahal Rp 1,5 juta per buah.
Supoyo biasa menggunakan bahan tanah liat lokal yang memiliki ciri khas tanah Borobudur. Namun ia juga mencoba mengombinasikan bahan tanah liat luar daerah, seperti dari Sukabumi, Jawa Barat.
"Biasanya kami membeli tanah liat dari pemilik lahan di sekitar Borobudur, harganya Rp 500 per kilogram. Kalau tanah liat dari Sukabumi bisa mencapai Rp 17.000 per kilogram," urainya.
Sempat Terpuruk
Gerabah Klipoh sejauh ini telah dikenal dan diminati konsumen karena kualitas. Perekonomian masyarakat pun terangkat dari industri gerabah ini. Namun industri ini juga sempat terpuruk seiring merebaknya industri plastik dan produk pabrikan lainnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan semakin berkurangnya bahan baku tanah liat. Regenarasi pembuat gerabah juga dinilai minim. Tidak banyak generasi muda saat ini yang mau belajar membuat dan berwirausaha gerabah ini.
Destinasi Wisata Alternatif
Menurut suami dari Yumaroh (45) itu industri gerabah belakangan kembali bergairah. Selain diprioritaskan pada penjualan produk, kini gerabah Klipoh menjadi salah satu destinasi wisata di sekitar Candi Borobudur.
Sektor ini terbukti membantu mengangkat kembali perekonomian masyarakat Klipoh. Masyarakat dibantu oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, pemerintah desa dan stake holder setempat membuat terobosan dengan membuat paket atau program membuat gerabah bagi wisatawan Borobudur.
"Kami memberikan paket wisata bagi pelajar, umum maupun turis dengan harga terjangkau mulai Rp 15.000 per orang. Mereka bisa langsung praktik membuat gerabah. Turis asing juga banyak yang berminat, seperti dari Belanda, China, hingga Australia," katanya.
“Kami mengadakan berbagai kegiatan seni budaya, misalnya festival gerabah pada peringatan Hari Santri Nasional akhir Oktober 2016 lalu. Tujuannya agar masyarakat semakin tergugah pada sektor ini," kata Muhammad Catur Windarmoko.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.