Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/11/2016, 06:38 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

Menurut Nyoman, tahun 1841 Desa Tenganan sempat terbakar, satu tahun kemudian desa itu dibangun kembali. "Sejak itu, aturan adat berdasarkan ingatan, ada yang ditulis ada juga aturan yang tidak tertulis," kata Nyoman.

Masyarakat Desa Tenganan hingga saat ini masih memegang teguh aturan adat dari leluhur. Beberapa aturan di antaranya mengatur sistem pemerintahan, hak tanah dan hak sumber daya alam, perkawinan, pendidikan, dan upacara adat.

(BACA: Menonton Perang Pandan di Desa Tenganan)

Beberapa aturan leluhur yang masih terus ditaati hinggi kini adalah tak boleh ada poligami ataupun perceraian di masyarakat Tenganan.

Ada pula sistem pemerintahan di desa yang terbagi menjadi dua, yakni sistem administratif yang dipimpin kepala desa dan sistem adat yang dipimpin oleh enam pasang suami-istri pemangku adat. Aturan adat juga mengatur denah rumah dan penggunaan sumber daya alam. 

"Banyak yang membandingkan Desa Tenganan dengan Baduy. Meski mirip tapi berbeda," kata Nyoman. Ya, di Desa Tenganan terbuka terhadap hal-hal modern seperti listrik, alat komunikasi dan transportasi, serta anak-anak didorong untuk menjunjung tinggi pendidikan. 

"Anak-anak boleh sekolah sampai tinggi. Hanya satu tahun diwajibkan kembali untuk belajar adat, mengenal wilayah-wilayah Tenganan. Selama itu anak harus tidur tak beralas kasur dan bantal," kata Nyoman.  

Berbagai hiasan dinding yang dijual sebagai cendera mata dari Desa Tenganan.
Hal yang pasti jika berkunjung ke Desa Tenganan, wisatawan akan menemukan kehidupan masyarakat dengan kearifan lokal yang sederhana namun penuh makna.

Misal gotong royong yang masih sangat kental di tengah masyarakat. Terlihat dari berbagai persisapan upacara adat yang dilakukan bersama, penggunaan hasil panen bumi untuk keperluan adat bersama, dan bangunan rumah sederhana yang terbuat dari bahan-bahan tradisional. Ada juga hasil kerajinan masyarakat Tenganan yakni tenun Gringsing yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. 

"Kalau ke Tenganan bagusnya saat upacara adat yang biasanya diadakan bulan Januari, Februari, Juni, dan Desember," kata Nyoman. Musim panen durian menurut Nyoman juga menjadi kegiatan yang sangat menarik bagi wisatawan. 

Sayangnya wisatawan tak dapat bermalam di Desa Tenganan. "Sebenarnya bisa tapi izinnya harus ke pemangku adat dan susah sekali dapatnya. Kecuali untuk pendidikan seperti penelitan, itu pun juga susah dapatnya," kata Nyoman. 

Menghabiskan waktu dua jam di Desa Tenganan sama sekali tak cukup bagi saya. Ada banyak hal menarik yang dapat dieksplor dari desa ini.

Mengenal Bali dari sisi yang berbeda, melihat Bali dari bentuknya yang masih tradisional, mempelajari Bali dari kearifan lokal zaman lampau yang mampu bertahan diterpa waktu dan peradaban asing. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

DAOP 7 Madiun Siapkan Tambahan Kereta untuk 5 Rute Favorit

DAOP 7 Madiun Siapkan Tambahan Kereta untuk 5 Rute Favorit

Travel Update
Itinerary 2 Hari 1 Malam Wisata Sleman buat Liburan Akhir Tahun 

Itinerary 2 Hari 1 Malam Wisata Sleman buat Liburan Akhir Tahun 

Itinerary
Masa Kampanye Tak Berpengaruh pada Reservasi Hotel di DIY

Masa Kampanye Tak Berpengaruh pada Reservasi Hotel di DIY

Travel Update
Nongkrong di Love on Top PIM 3, Gratis Nikmati Pemandangan Jakarta

Nongkrong di Love on Top PIM 3, Gratis Nikmati Pemandangan Jakarta

Jalan Jalan
Indahnya Sunset Pantai Paku Mandeh di Sumbar, Hamparan Pasir Putih dan Air Jernih

Indahnya Sunset Pantai Paku Mandeh di Sumbar, Hamparan Pasir Putih dan Air Jernih

Jalan Jalan
BERITA FOTO: Pesona Gili Trawangan, Keindahan Sunset hingga Dunia Bawah Air

BERITA FOTO: Pesona Gili Trawangan, Keindahan Sunset hingga Dunia Bawah Air

Hotel Story
Investasi Hijau dan Berkelanjutan Jadi Tren Pariwisata Tahun 2024

Investasi Hijau dan Berkelanjutan Jadi Tren Pariwisata Tahun 2024

Travel Update
7 Wisata di Jakarta yang Anti-mainstream buat Liburan Akhir Tahun

7 Wisata di Jakarta yang Anti-mainstream buat Liburan Akhir Tahun

Jalan Jalan
5 Tips Wisata Hemat di Gili Trawangan, Bawa Bekal Saat Snorkeling

5 Tips Wisata Hemat di Gili Trawangan, Bawa Bekal Saat Snorkeling

Travel Tips
Biaya 2 Hari 1 Malam ala Backpacker di Gili Trawangan, Termasuk Snorkeling

Biaya 2 Hari 1 Malam ala Backpacker di Gili Trawangan, Termasuk Snorkeling

Travel Tips
Jadwal Penuh, 2 Maskapai di Bandara Hang Nadim Ajukan Penerbangan Ekstra

Jadwal Penuh, 2 Maskapai di Bandara Hang Nadim Ajukan Penerbangan Ekstra

Travel Update
3 Tips Liburan ke Makau, Sesuaikan Bujet

3 Tips Liburan ke Makau, Sesuaikan Bujet

Travel Tips
Rute Internasional Batik Air dari Pekanbaru, ke Jepang Rp 6 Jutaan

Rute Internasional Batik Air dari Pekanbaru, ke Jepang Rp 6 Jutaan

Travel Update
Tren Pariwisata 2024, Wisatawan Tertarik Kunjungi Lokasi Syuting Film

Tren Pariwisata 2024, Wisatawan Tertarik Kunjungi Lokasi Syuting Film

Travel Update
Kapan Cuti Bersama Akhir Tahun 2023? Simak Jadwalnya 

Kapan Cuti Bersama Akhir Tahun 2023? Simak Jadwalnya 

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com