Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumur Sritanjung, Legenda Nama Banyuwangi Berasal dari Sini

Kompas.com - 11/11/2016, 20:10 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Siapa yang tidak mengenal nama Banyuwangi yang saat ini menjadi nama kabupaten paling timur Pulau Jawa yang terkenal dengan julukan The Sunrise of Java.

Sebagian masyarakat mempercayai jika asal usul nama Banyuwangi berasal dari cerita legenda Sritanjung Sidopekso yang menjadi tema Banyuwangi Etho Carnival 2016 yang digelar, Sabtu (12/11/2016).

Legenda tersebut menceritakan tentang kesetian Sritanjung, istri dari Sidopekso. Cerita berawal dari pernikahan antara Patih Sidopekso dan Sritanjung.

Tidak disangka, Sang Raja Prabu Sulah Hadi Kromo ternyata jatuh cinta pada Sritanjung dan memerintahkan Patih Sidopekso untuk mengemban tugas keluar istana dengan waktu yang cukup lama.

(BACA: Banyuwangi Ethno Carnival Digelar Akhir Pekan Ini)

Saat Patih Sidopekso pergi, Sang Prabu Sulah Hadi Kromo merayu Sritanjung namun ditolak karena Sritanjung menjaga kesetiaannya kepada Sang Patih.

Namun bencana muncul ketika Patih Sidopekso pulang dan sang prabu menyebar fitnah jika Sritanjung jatuh cinta pada sang prabu dan berani merayunya. Karena terbakar cemburu, Patih Sidopekso marah dan membunuh Sritanjung.

Namun sebelum dibunuh, Sri Tanjung sempat mengatakan bahwa apa yang didengar suaminya adalah fitnah. Sri Tanjung bersumpah jika dia masih setia dan mencintai suaminya dan jika dibunuh maka jasadnya mengeluarkan bau harum.

Peristiwa pembunuhan tersebut terjadi di sumber mata air dan ketika jasad Sritanjung masuk ke dalam air, semerbak bau wangi keluar dari sumber mata air tersebut sehingga lokasi tersebut dikenal dengan nama Banyuwangi yaitu "banyu" yang berarti air dan "wangi" yang berarti harum.

Walaupun cerita tersebut hanya legenda, banyak yang mempercayai bahwa peristiwa tersebut terjadi di sebuah sumur yang terkenal di sebuah rumah yang beralamat di Jalan Sidopekso nomor 10 A Kelurahan Temenggungan, Kecamatan Kota Banyuwangi atau tepatnya di belakang Pendopo Shaba Swagata Blambangan.

Erus Kadarisman (60), pemilik rumah yang di dalamnya terdapat sumur Sritanjung kepada KompasTravel, Jumat (11/11/2016), menjelaskan sumur tersebut masuk bagian rumahnya dan ia bangun kembali pada tahun 1970-an.

Sebelumnya sumur tersebut adalah sumber mata air yang tidak pernah kering walaupun musim kemarau dan digunakan oleh masyarakat.

"Dari dalam sumur Sritanjung ini sering keluar aroma harum dan biasanya itu adalah pertanda baik. Namun terkadang juga keruh dan beraroma anyir dan ini tandanya akan ada peristiwa buruk seperti yang terjadi pada tahun 1965-an," jelas laki laki yang akrab dipanggil Darisman tersebut.

Menurutnya ada kemungkinan, sumber mata air tersebut merupakan bagian dari keputren atau pemandian para putri karena lokasinya dekat dengan Pendopo Banyuwangi.

Sumur Sritanjung berbentuk segi empat dan dengan kedalaman sekitar 7 meter sedangkan airnya sekitar 2 meter.

Menurut Kadarisman ada empat mata air yang aada setiap pojokan dan airnya selalu berlimpah ruah. "Pernah saya kuras kurang dari lima menit sumurnya penuh lagi. Selama ini tidak pernah namanya kering walaupun sering digunakan dan musim kering," katanya.

Masyarakat Temenggungan juga banyak yang berkunjung ke sumur Sritanjung ketika mereka akan menggelar hajatan besar seperti pernikahan. Jika datang mereka akan membawa sesajen yang diletakkan di sumur Sritanjung lalu mengambil air untuk mandi, diminum atau sekadar untuk cuci muka.

Selain itu mereka juga membawa bunga pasar atau kembang telon. Bukan hanya masyarakat Banyuwangi yang datang, menurut Darisman, tamu yang datang ada yang berasal dari Malaysia dan Singapura.

"Mereka mempercayai jika air sumur Sritanjung membawa berkah. Biasanya mereka datang dan berdoa di sini," ujarnya.

KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Sumur Sritanjung Banyuwangi yang ada di Kelurahan Temenggungan.
Namun ada juga para wisatawan yang hanya sekadar datang untung mengunjungi dan ingin tahu tentang cerita legenda Sritanjung Sidopekso.

Selain itu setiap akan menggelar lakon kesenian atau sendratari yang menggunakan cerita legenda Sritanjung Sidopekso para pemain dan penari datang untuk berdoa di lokasi sekitar Sumur Sritanjung.

Termasuk beberapa model yang akan melakonkan Sritanjung Sidopekso pada Banyuwangi Ethno Carnival 2016.

"Jelang BEC besok (Sabtu), beberapa kali ada yang datang ke sini. Mayoritas mereka yang jadi Sritanjung untuk ambil air, katanya dijadikan syarat. Biasanya datangnya malam. Jika tidak, ada saja halangan bagi mereka saat tampil, bahkan katanya ada yang kesurupan," kata Kadarisman. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com