Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata ke Borobudur, Tengok Juga Tulip di Dieng...

Kompas.com - 14/11/2016, 21:57 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


KOMPAS.com
– Tantangan. Dari sekian kata di kamus bahasa, inilah yang barangkali paling mewakili cerita dan kegelisahan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo soal pengembangan pariwisata di provinsinya. Ada apa?

“Apa yang tak ada di Jawa Tengah? Dari wisata alam, religi, budaya, sampai tematik, semua ada,” ujar Ganjar saat berbincang dengan Kompas.com pada medio Juli 2015.

Setahun berlalu, dalam momen yang hampir mirip, Ganjar kembali menyinggung hal tersebut. “Tahu tidak, (tanaman bunga) tulip saja yang orang kira hanya ada di Belanda, itu juga ada di Jawa Tengah, ada di Dieng!” ungkap dia.

Menurut Ganjar, satu saja yang belum juga kunjung tersedia di provinsinya. “Paket wisata yang membuat orang tahu benar apa saja isi Jawa Tengah, yang terorganisir dengan bagus, memberi kepastian bagi wisatawan datang,” papar dia.

(Baca juga: Yakin Sudah Tahu Banyak soal Borobudur?)

Ganjar pun berpendapat, wisatawan terutama dari mancanegara pada dasarnya butuh paket yang membuat mereka bisa memperhitungkan waktu perjalanan, menerima fasilitas seperti penginapan yang sesuai perkiraan, dan atraksi yang memang layak disambangi jauh-jauh.

Permintaan itu bisa saja terdengar sederhana. “Tapi ya itu tantangannya. Ada atau tidak yang bisa menyediakan dan mengelola perjalanan wisata seperti itu secara rutin, berkelas, dan memberikan kepastian?” tanya dia.

KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Matahari terbit di belakang Gunung Sundoro terlihat dari Bukit Sikunir, Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (1/11/2014). Dieng menawarkan keindahan sekaligus ancaman, karena dataran tingginya terbentuk dari gunung berapi yang kini masih mengeluarkan gas.

Bayangkan, kata orang asli Purworejo ini, suatu hari ada paket wisata yang menawarkan “Taman Tulip di Puncak Dieng”. Kumpulan bunga tulip, lanjut dia, disusun sedemikian rupa sehingga memuncullkan tulisan “Dieng” laiknya “Hollywood” di California.

“Semua tinggal pengemasannya. Iya, pengemasan untuk potensi wisata Jawa Tengah. Itu tak bisa hanya dari pemerintah apalagi pemerintah daerah. Ayo, siapa punya ide? Konkret ya. Datang ke saya, kita bahas dan siapkan eksekusinya,” ujar dia.

Terlebih lagi, imbuh Ganjar, Jawa Tengah punya Candi Borobudur di Kabupaten Magelang.  Harusnya, ujar dia, ini jadi modal awal untuk menata potensi lain pariwisata di sini.

Menjawab tantangan

Candi Borobudur merupakan episentrum dari lingkaran kawasan wisata yang membentang dari Semarang hingga Yogyakarta. Tak terbilang pesona wisata ada di radius tersebut. Itu belum menghitung kawasan pesisir utara Jawa Tengah, dengan pesona yang berbeda lagi.

Sebagai satu dari 10 destinasi prioritas, Candi Borobudur dan kawasan sekitarnya punya radius pesona yang merambah Semarang, Salatiga, Boyolali, Klaten, Yogyakarta, Magelang, dan area Dieng. Targetnya, dua juta wisatawan mancanegara bakal bertandang ke kawasan ini pada 2019.

Dengan target jumlah kunjungan tersebut, harapannya ada devisa 2 miliar dollar AS masuk dari kawasan ini. Sebelumnya terdata hanya 250.000-300.000 wisatawan mancanegara tiba di Candi Borobudur dan sekitarnya.

(Baca juga: Rp 20 Triliun untuk Candi Borobudur)

Kajian Kementerian Pariwisata mendapati, setidaknya juga ada tiga kategori wisata yang masih dapat dikembangkan lebih jauh di kawasan ini.

ARSIP BIRO HUKUM DAN KOMUNIKASI PUBLIK KEMENPAR Prosesi larungan yaitu menghanyutkan rambul gimbal yang sudah dipotong dan dimasukkan ke kendi bersama sesaji di Telaga Warna, Dieng, Minggu (7/8/2016).

Rinciannya, wisata alam, wisata budaya, serta wisata man made seperti atraksi, kawasan terintegrasi, dan kegiatan bersama (meeting, incentive, convention, dan exhibition, disingkat MICE).

“Promosi dan pengembangan potensi pariwisata seperti ini tak bisa hanya mengandalkan satu atau dua stakeholder. Semua kalangan harus ikut berkiprah, kalau hasilnya juga mau terlihat segera nyata,” kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman, saat berbincang dengan Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Penggarapan destinasi, lanjut Dadang, juga butuh keterlibatan banyak pihak. “Termasuk untuk pengembangan potensi bisnis dan industri pariwisata,” ujar dia.

(Baca juga: Buat Apa “Ngurusin” Pariwisata)

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com