KOMPAS.com – Putri cantik jelita bernama Mandalika, dalam cerita rakyat Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, memilih terjun ke laut daripada memilih salah satu pangeran yang melamarnya. Dia ingin dirinya menjadi “milik” seluruh rakyat daripada seorang pangeran.
"Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai! Setelah aku pikirkan dengan matang, aku memutuskan bahwa diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih satu di antara banyak pangeran. Diriku telah ditakdirkan menjadi nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya nyale di permukaan laut.”
Kutipan di atas adalah terjemahan bebas dari “pidato” terakhir sang putri. Nama putri di cerita rakyat ini kemudian menjadi “label” bukit di kawasan pantai tempat dia berpidato itu, lokasi yang juga cantik jelita untuk disambangi. Muncul pula tradisi bau nyale dari rangkaian cerita tersebut di situ.
Satu yang tak dinyana muncul di sana adalah fakta kawasan ini menjadi salah satu tujuan favorit untuk bulan madu pengantin baru, berkebalikan dengan kisah cinta para pangeran yang cintanya bertepuk sebelah tangan seperti di hikayat tersebut.
Di sini, alam dan budaya adalah tawaran utama. Beberapa pantai yang terbukti bisa bikin wisatawan balik lagi, amisalnya Pantai Kuta—tempat Putri Mandalika pidato—,Pantai Gerupuk, Tanjung Aan, dan Pantai Seger.
Berada di Pulau Lombok, Mandalika pun “kecipratan” label wisata halal sebagaimana pulau itu. Dua pengakuan langsung disabet, yaitu "The Best Halal Destination" dan "The Best Honeymoon Destination" di World Halal Travel Award 2015.
Branding sebagai wisata halal, kata Menteri Pariwisata Arief Yahya seperti dikutip Kompas.com pada Kamis (17/3/2016), bukan embel-embel semata.
“Dasar penentuannya sebagai prioritas juga berdasarkan data. Banyak wisatawan dari Timur Tengah dan negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim menyukai destinasi di daerah tropis. Lalu, Lombok punya predikat pulau 1.000 masjid,” ungkap Arief.
Karena mayoritas penduduk di Lombok adalah Muslim, pilihan menu makanan yang tersedia pun halal. Terakhir, penginapan di Lombok juga bernuansa religi—memiliki petunjuk arah kiblat, perlengkapan shalat, dan kitab suci di setiap kamar.
"Menggoda" wisatawan
Meski begitu tantangan bukan tak ada di Mandalika untuk target kunjungan dua juta wisatawan mancanegara pada 2019. Infrastruktur, misalnya, masih butuh banyak pembenahan.
“Kawasan wisata elite ini akan dapat dinikmati paling tidak mulai 2018. Konsepnya terencana seperti di Nusa Dua, Bali,” ujar Edwin, seperti dilansir harian Kompas, (29/7/2016)
Bedanya, Mandalika berkonsep kota ramah lingkungan. Air laut di sana dapat diolah menjadi air bersih. Selain dari pengolahan sampah, kebutuhan listrik pun dipasok dari pemanfaatan tenaga surya.
Meskipun saat ini pasokan listrik di NTB kurang, Presiden Joko Widodo sudah meresmikan pembangunan Mobile Power Plant (MPP) 2X25 MW di Jeranjang, Kabupaten Lombok Barat, NTB.
Strategi pengembangan lain untuk mencapai target wisatawan yang sudah terpikirkan pun mulai dirintis pemerintah.
Pertama, untuk aksesibiltas, pemerintah ingin mempertinggi konektivitas dengan peningkatan pelabuhan laut antar-pulau di Lombok. Sasarannya, menjaring wisatawan yang datang “menumpang” cruise dan yacht. Dua pelabuhan yang direncanakan berada di Lembar dan Kayangan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.