JAKARTA, KOMPAS.com - Suwiran daging ayam di mangkuk bubur tampak menggunung. Taburan empingnya juga terselip di antara daging ayam yang berwarna kecoklatan. Bawang goreng tak kalah menambah rasa bubur ayam yang tersaji di meja.
Beberapa waktu lalu, sajian bubur dengan daging ayam yang menggunung itu KompasTravel cicipi. Adalah Bubur Ayam Bang Tatang yang identik dengan tampilan bubur itu. Tepatnya, Bubur Ayam Bang Tatang berlokasi di pertigaan Rawa Belong, Jakarta Barat yang menuju Pasar Palmerah.
Bubur ayam yang disajikan tampak kental. Berbeda dengan kebanyakan bubur ayam lainnya yang dihidangkan agak lembek dan berair. Bahkan penjual Bubur Ayam Bang Tatang, Muhamad Hasani sempat memutar mangkuk berisi bubur seolah ingin menunjukkan jika tak akan tumpah.
(BACA: Bubur Ayam Salatiga, Murah Meriah, Rasanya Nikmat dan "Nendang"...)
"Tuh gak tumpah kan bubur. Ini buburnya kentel, gak cair. Gak ada santan. Buburnya buat (dimakan) besok juga bisa. Resepnya dari babeh," kata Hasani kepada KompasTravel.
Hasani sendiri adalah generasi kedua penjual Bubur Ayam Bang Tatang. Beberapa waktu lalu ayahnya, Bang Tatang telah meninggal dunia. Ia meneruskan usaha ayahnya hingga saat ini.
"Ayam kampungnya umur 10 bulan yang dimasak. Itu teksturnya beda. Kalau ayam kecil kan dagingnya nyelip di gigi, he-he-he," seloroh Hasani.
Tak ada kuah kaldu di mangkuk buburnya. Hanya ada kecap asin untuk penambah rasa. Bagi yang gemar pedas, ada pilihan sambal untuk penggoyang lidah.
Sementara rasa asin lain di dalam bubur juga hadir dari tongcai. Ada pula irisan daun seledri di dalam mangkuk. Semua berpadu mewarnai bubur ayam yang telah hadir di Rawa Belong sejak tahun 1980 ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.