Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kuliner Tradisional Masyarakat Jawa Tondano di Reksonegoro

Kompas.com - 18/11/2016, 16:34 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

Yang juga menjad kekhasan mereka adalah nasi bulu atau nasi jaha, campuran beras dan ketan yang dibumbui dengan aneka macam rempah-rempah lalu dimasukkan dalam bambu. Bambu yang digunakan harus terpilih dari jenis tertentu.

Sebelum adonan beras dimasukkan, bambu harus dilapisi dengan daun pisang muda sebagai pembungkus saat nasi masak.

Nasi bulu dimasak dengan cara dibakar, biasanya mereka membuat api dari gonofu atau sabut kelapa. Nasi yang ada dalam bulu disandarkan di kayu yang sisinya ada api. Hanya orang yang berpengalaman yang bisa masak nasi bulu ini.

“Namanya nasi jaha karena ada campuran jahe yang dihaluskan sebagai bumbunya, makanya orang memelesetkan nasi jahe dengan sebutan nasi jahat,” ungkap Hasan Masloman, warga Kampung Jawa Tondano.

Selain kue-kue tersebut, masih banyak lagi aneka kue dan makanan yang selalu hadir dalam perhelatan hajat masyarakatnya, seperti aneka jenang, aneka ketupat, panggang, dan lainnya.

Masyarakat Jawa Tondano sangat bangga dengan tradisi yang diwariskan kepada mereka. Kebanggaan itu diwujudkan dengan terus melestarikan kebiasaan lama yang masih bertahan hingga kini.

Kebiasaan mendendangkan Shalawat Jowo dan rodat yang diiringi terbang (rebana) menjadi acara yang diiringi dengan kehadiran kue-kue ini.

“Para mbah kami adalah kaum santri yang memiliki kebiasaan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, mereka berjuang bersama Pangeran Diponegoro mengusir penjajah dari tanah Nusantara, kami bangga menjadi anak temurunnya,” kata Mohamad Kiyai Wonopati, imam Masjid Reksonegoro.

Di sisi lain, kaum perempuan Minahasa yang dinikahi pengikut Kiyai Modjo di Tondano ini merupakan anak para walak (pemimpin negeri) yang memiliki kharisma tersendiri. Mereka merawat anak-anaknya dengan tulus dan berkomunikasi dengan bahasa Tondano.

Para ibu inilah yang memiliki kesempatan untuk mendidik anak-anaknya dengan bahasa Tondano, namun istilah Jawa yang diwariskan kaum prianya masih menyisakan dalam kosa kata bahasa Jawa Tondano, termasuk dalam penamaan kue tradisional masyarakat ini.

Fandi Gobel Pembuatan kue tradisional cucur oleh masyarakat Jawa Tondano d Desa Budaya Reksonegoro, Gorontalo.
Orang Jawa Tondano di Reksonegoro diperkiraka mulai ada sejak tahun 1925, mereka berasal dari Kampung Jawa, Tondano di Minahasa, Sulawesi Utara. Tanah tempat mereka membangun kampung ini memiliki sejarah unik.

Sebelum menentukan di mana mereka mendirikan kampung, mereka mencicipi setiap daerah yang dilaluinya. Rasa tanah ini yang menentukan lokasi perkampungan.

“Awalnya mereka mencicipi tanah yang berasa asin, mereka tidak mau tinggal di sini, lalu cicipi tanah lagi yang rasanya manis, mereka tidak mau. Kemudian berpindah ke lokasi yang saat ini, rasanya macam-macam,” kata Mohamad Kiyai Wonopati.

Apakah rasa tanah yang dicicipi oleh perintis desa yang dipimpin Nawas Modjo ini juga terkait kuliner, tidak ada seorang pun tahu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com