Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Jenis Gudeg dan Keistimewaannya...

Kompas.com - 19/11/2016, 09:07 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gudeg tak hanya jadi kuliner khas, atau ikon kuliner, atau makanan wajib yang harus dicicipi saat menyambangi Yogyakarta. Gudeg adalah identitas serta memiliki eksistensi yang sangat kuat, bahkan bisa disebut mendarah daging bagi warga Yogyakarta.

Asal-usul gudeg sudah ada sejak abad ke-16. Waktu itu, para prajurit Kerajaan Mataram sedang membelah hutan untuk membuat peradaban yang kini dikenal sebagai kawasan Kotagede. Di hutan tersebut, terdapat banyak pohon nangka dan kelapa. 

"Para prajurit yang jumlahnya ratusan itu kemudian berusaha memasak nangka dan kelapa. Karena jumlah mereka sangat banyak, nangka dan kelapa dimasak di dalam  ember besar yang terbuat dari logam. Pengaduknya pun besar, seperti dayung perahu," tutur Murdijati Gardjito, seorang profesor sekaligus peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional (PMKT), Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM kepada KompasTravel, Rabu (16/11/2016). 

Proses memasak gudeg tersebut mereka sebut hangudek, alias mengaduk. Dari hangudek, terciptalah makanan yang kemudian disebut gudeg.

Dari para prajurit Mataram, masakan gudeg kemudian dipraktekkan oleh keluarga para prajurit dan meluas ke masyarakat. Masakan ini disebut istimewa karena bisa dinikmati oleh semua kalangan.

"Masyarakat melihat gudeg itu sebagai makanan yang fleksibel. Bisa dikombinasikan hanya dengan tempe, tahu, bahkan hanya gudeg dengan areh (kuah) saja sudah bisa untuk makan. Warga yang punya uang bisa menyantapnya dengan telur atau ayam," papar penulis buku berjudul 'Gudeg, Sejarah dan Riwayatnya' itu.

Secara umum, gudeg dibagi menjadi dua jenis yakni basah dan kering. Gudeg basah merupakan hasil olahan gudeg yang hanya sampai perebusan, sehingga masih berair. Gudeg basah disajikan bersama areh (kuah santan). 

Tribun Jogja/Hamim Thohari Gudeg manggar

Sedangkan gudeg kering adalah gudeg basah yang melalui proses penumisan sehingga menjadi kering. Meski begitu, gudeg memiliki penggemar masing-masing baik itu basah maupun kering.

Selain basah dan kering, gudeg juga bisa dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan bahan bakunya. Murdijati menuturkan, tiga jenis gudeg tersebut adalah gori (nangka), rebung, dan manggar.

"Uniknya, setiap jenis seperti punya tempat masing-masing. Gudeg nangka selalu bisa ditemukan di penjual atau gerai makanan. Gudeg rebung tidak bisa ditemukan di warung atau restoran, hanya dibuat di rumah-rumah," papar Murdijati. 

Gudeg manggar, lanjutnya, adalah yang paling istimewa. Manggar sendiri merupakan sebutan bagi bunga kelapa yang masih muda.

"Gudeg manggar berstatus lebih tinggi, sangat elit. Gudeg jenis ini hanya disajikan dalam acara khusus,  terutama pesta. Gudeg ini juga biasa disajikan di pernikahan anak Sultan," tutur Murdijati.

Meski begitu, wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta juga bisa mencicipi gudeg manggar. Salah satu penjual Gudeg Manggar adalah Warung Bu Jumilan yang berlokasi di Jalan Srandakan Km 8, Kabupaten Bantul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Parkir dan Resto Nakal yang Beri Harga Tak Wajar di Bantul, Ini Cara Laporkannya

Ada Parkir dan Resto Nakal yang Beri Harga Tak Wajar di Bantul, Ini Cara Laporkannya

Travel Update
Cara ke Jakarta Aquarium Safari di Neo Soho, Naik KRL dan Transjakarta

Cara ke Jakarta Aquarium Safari di Neo Soho, Naik KRL dan Transjakarta

Travel Tips
Tangal Merah dan Cuti Bersama di bulan April 2024, Ada Lebaran

Tangal Merah dan Cuti Bersama di bulan April 2024, Ada Lebaran

Travel Update
Mengenal Kampung Inggris, Belajar Sembari Liburan

Mengenal Kampung Inggris, Belajar Sembari Liburan

Jalan Jalan
Cara ke Pameran Sampul Manusia dari Tangerang naik Transjakarta

Cara ke Pameran Sampul Manusia dari Tangerang naik Transjakarta

Travel Tips
12 Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan Saat Libur Lebaran 2024

12 Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan Saat Libur Lebaran 2024

Travel Update
Jakarta Aquarium Safari Tambah Tiket dan Show Saat Libur Lebaran

Jakarta Aquarium Safari Tambah Tiket dan Show Saat Libur Lebaran

Travel Update
Festival Bunga Tulip Terbesar di Belanda Dibuka untuk Umum

Festival Bunga Tulip Terbesar di Belanda Dibuka untuk Umum

Travel Update
KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation mulai 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation mulai 29 Maret

Travel Update
Taman Asia Afrika, Area Sejarah di Kiara Artha Park di Bandung

Taman Asia Afrika, Area Sejarah di Kiara Artha Park di Bandung

Jalan Jalan
Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

Jalan Jalan
Harga Tiket Jakarta Aquarium Safari Lebaran 2024, Simak Cara Belinya

Harga Tiket Jakarta Aquarium Safari Lebaran 2024, Simak Cara Belinya

Travel Update
Penginapan Tengah Hutan di Bantul Yogyakarta, Tawarkan Kelas Yoga

Penginapan Tengah Hutan di Bantul Yogyakarta, Tawarkan Kelas Yoga

Hotel Story
Cara ke Pameran Sampul Manusia Naik KRL dan Transjakarta

Cara ke Pameran Sampul Manusia Naik KRL dan Transjakarta

Travel Tips
Wisatawan Sudah Bisa Naik ke Atas Candi Borobudur, mulai Rp 150.000

Wisatawan Sudah Bisa Naik ke Atas Candi Borobudur, mulai Rp 150.000

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com