Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Banyumas "Berguru" soal Pariwisata ke Belitung

Kompas.com - 22/11/2016, 05:29 WIB

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Belitung merupakan salah satu pulau di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) yang sebelumnya dikenal dengan tambang timahnya. Namun, sekarang mulai terkenal dengan pariwisatanya.

Meskipun Provinsi Babel baru berusia 16 tahun, hal tersebut tidak menjadikan Pemerintah Kabupaten Banyumas malu untuk "berguru" ke kepulauan yang dikenal dengan sebutan "Bumi Serumpun Sedamai" itu, khususnya mempelajari pengelolaan pariwisata di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur, Pulau Belitung.

Bahkan, kepariwisataan di Pulau Belitung itu sendiri baru mencuat tahun 2008-2009 seiring dengan pemutaran film "Laskar Pelangi" garapan sutradara Riri Riza yang dirilis pada tahun 2008.

Dalam film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata itu menampilkan berbagai keelokan alam Belitung sehingga banyak orang yang penasaran untuk berwisata ke pulau tersebut dan hingga kini, wisatawan nusantara maupun mancanegara terus berdatangan ke "negeri" Laskar Pelangi.

Tidak ketinggalan pula, Pemkab Banyumas melalui Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) serta Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Banyumas mengunjungi Pulau Belitung untuk mempelajari pengelolaan pariwisata khususnya yang berkaitan dengan cagar budaya.

"Kami sengaja datang bersama sejumlah awak media untuk mengeksplorasi secara langsung pengelolaan pariwisata di Kabupaten Belitung Timur dan Kabupaten Belitung," kata Kabag Humas dan Protokol Setda Banyumas Agus Nur Hadie.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Wisatawan mengunjungi replika tempat shooting film Laskar Pelangi, SD Muhammadiyah Gantong di Kabupaten Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (15/6/2016).
Dalam kunjungan yang dilaksanakan pada 17-19 November 2016 itu, dia mengharapkan adanya rekomendasi dari awak media untuk Pemkab Banyumas terkait dengan pengelolaan pariwisata setelah mereka mengeksplorasi secara langsung sejumlah destinasi wisata alam maupun budaya serta berdiskusi dengan pejabat yang membidangi industri pariwisata dan kebudayaan di Pulau Belitung.

Beberapa destinasi wisata yang dikunjungi dalam kegiatan tersebut, yakni Obyek Wisata Unik Ngenjungak (OWUN), Museum Kata Andrea Hirata, Replika Gedung Sekolah Laskar Pelangi, Rumah Adat Belitung, Menara Suar Pulau Lengkuas, serta sejumlah pulau dan pantai termasuk kunjungan ke Galeri UMKM.

Saat mengunjungi OWUN, rombongan Pemkab Banyumas takjub karena destinasi wisata itu sebenarnya Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Belitung Timur (Beltim) yang dipoles sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah obyek wisata yang unik dengan menampilkan berbagai potensi wisata, kerajinan, hasil bumi, dan budaya, termasuk tata cara pernikahan adat yang ada di Beltim.

Bahkan, OWUN juga dilengkapi dengan sejumlah koleksi satwa berupa seekor buaya muara asli Belitung, beberapa kura-kura, dan seekor tarsius dari Manado guna menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Kepala Disbudpar Beltim Helly Tjandra mengatakan bahwa nama obyek wisata "Ngenjungak" berasal dari bahasa Belitong (Belitung) yang berarti berkunjung ke suatu tempat dengan waktu yang tidak terlalu lama.

"Wisatawan yang datang ke sini (OWUN) akan kami ajak untuk melihat museum kopi mini, timah, lada, mini 'zoo' (kebun binatang mini, ruang budaya, dan merasakan sensasi bermain atraksi batu putar, serta pijat refleksi tradisional," katanya.

Danau Kaolin di lahan bekas tambang timah di Desa Nibung Bangka Selatan Kepulauan Bangka Belitung
Menurut dia, OWUN dibuka sejak 2014 itu merupakan sebuah inovasi untuk mengubah paradigma masyarakat Beltim yang sebelumnya menggantungkan hidup pada industri pertambangan menjadi masyarakat pariwisata.

Dalam perkembangannya keberadaan OWUN menjadi "booming" karena banyak dikunjungi wisatawan maupun pejabat.

Dari situlah, lanjut Helly Tjandra, masyarakat Beltim melihat bahwa dengan cara yang sederhana dapat meningkatkan kunjungan wisatawan sehingga mereka pun mulai menata kedai-kedai kopi maupun pusat-pusat cendera mata guna menarik minat wisatawan.

"Mungkin cuma di sini, Kantor Disbudpar menjadi obyek wisata," ujarnya.

Helly Tjandra mengatakan keberadaan OWUN sama sekali mengganggu aktivitas di Kantor Disbudpar Beltim.

"Kami bukan kantor dinas yang berfungsi memberikan pelayanan seperti Disdukcapil. Namun, kami memosisikan diri sebagai pelayan yang siap melayani wisatawan," katanya.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Pulau Lengkuas yang memiliki mercusuar setinggi 62 meter dengan ratusan anak tangga. Diatasnya wisatawan dapat melihat berbagai pulau kecil dan birunya laut Belitung.
Saat mengunjungi Rumah Adat Belitong di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, rombongan Pemkab Banyumas juga terkesima dengan bangunan tradisional yang di dalamnya memajang berbagai foto cagar budaya dan suasana Belitung masa lalu serta menampilkan berbagai hasil kerajinan masyarakat Belitung.

Selain itu, rombongan Pemkab Banyumas juga berkesempatan untuk mempraktekkan tata cara makan sesuai adat Belitung, yakni "bedulang" di mana dalam satu nampan terdapat sayur dan lauk untuk dimakan berempat dan sebelum mulai makan, yang muda harus melayani yang tua lebih dahulu.

Dalam dialog di Rumah Adat, rombongan Pemkab Banyumas mendapat penjelasan mengenai pengelolaan cagar budaya dan pariwisata Kabupaten Belitung yang disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Paryanto, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Susanto, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Hiburan Disparekraf Sugianto, serta Kepala Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas P dan K Alwan Hadi.

Implementasi

Menurut jurnalis yang mengikuti kunjungan Pemkab Banyumas ke Pulau Belitung, Saladin Ayubbi, banyak hal yang dilakukan oleh Kabupaten Belitung maupun Beltim dapat diimplementasikan di Banyumas.

"Salah satunya menjadikan Kantor Dinporabudpar Banyumas sebagai obyek wisata seperti yang dilakukan Disbudpar Beltim dengan OWUN-nya. Mencontoh hal yang bagus kan tidak masalah," katanya.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Warung Kopi Kong Djie yang terletak di persimpangan jalan Siburik Barat dan Jalan Kemuning, Tanjung Pandan, Belitung.
Kendati demikian, dia menyarankan dalam pembuatan objek wisata wisata di Kantor Dinporabudpar Banyumas agar dibuat lebih menarik sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

"Apalagi, Kantor Dinporabudpar Banyumas berdekatan dengan sejumlah hotel dan berseberangan jalan dengan GOR Satria, Purwokerto," kata Saladin.

Kepala Dinporabudpar Banyumas Muntorichin mengatakan bahwa pihaknya akan berupaya mengimplementasikan beberapa hal dari hasil kunjungan ke Pulau Belitung seperti pembangunan obyek wisata di Kantor Dinporabudpar Banyumas dan Museum Banyumas yang diinspirasi dari Rumah Adat Belitung.

Menurut Muntorichin, hal itu disebabkan Kabupaten Banyumas memiliki lebih banyak destinasi wisata jika dibandingkan dengan Belitung dan Beltim.

"Hal itu tidak mengecilkan arti kita studi banding ke Belitung karena dalam hal tata kelola, Banyumas lebih tertib dan rapi. Akan tetapi, di Belitung ada obyek yang menarik sehingga perlu kita tiru," katanya.

Ia mengaku akan mengusulkan ke Pemkab Banyumas untuk membangun obyek wisata semacam Rumah Adat Belitung.

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Mercusuar di Pulau Lengkuas,Belitung.
Dalam hal ini, Muntorichin mengusulkan destinasi wisata budaya tersebut dibangun di Kantor Kecamatan Banyumas karena Pendapa Duplikat Si Panji yang ada di sana termasuk cagar budaya.

"Nantinya akan kita isi dengan materi-materi yang berkaitan dengan budaya Banyumas. Di belakangnya, kita sudah membangun Taman Sari sehingga nantinya wisatawan akan diwajibkan mengunjungi destinasi wisata itu," katanya.

Menurut Muntorichin, kompleks Pendapa Duplikat Si Panji juga akan dilengkapi dengan museum yang berisikan berbagai tradisi budaya, sejarah, dan hal-hal yang berkaitan dengan Banyumas meskipun saat sekarang telah ada Museum Wayang.

Bahkan, di depan Pendapa Duplikat Si Panji juga terdapat bangunan cagar budaya berupa Masjid Nur Sulaiman.

Kendati demikian, Muntorichin mengakui ada beberapa kendala dalam pengembangan wisata di Banyumas, antara lain, masalah sumber daya manusia dan anggaran.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Pegunjung dapat melihat ratusan karya Andrea Hirata yang berupa kutipan sastra hingga novelnya yang diterbitkan dengan berbagai bahasa, di Ruang Tengah Museum Kata Andrea Hirata.
"Dalam anggaran sementara pada tahun 2017 Dinporabudpar Banyumas mendapat alokasi sebesar Rp 18 miliar. Dari jumlah tersebut, untuk belanja pengembangan wisata sekitar Rp 8 miliar," katanya.

Meskipun ada keterbatasan anggaran, Muntorichin mengaku optimistis pengembangan pariwisata di Kabupaten Banyumas dapat berjalan dengan baik. (Sumarwoto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber ANTARA
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com