Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cinta Shigetoshi di Kebun Wasabi

Kompas.com - 26/11/2016, 14:51 WIB
Jodhi Yudono

Penulis


Di Perkebunan Daio Wasabi yang terletak di Azume-no, prefektur Nagano, tak cuma ada hamparan hijau perdu wasabi dan air jernih yang mengalir di bawahnya. Tak juga cuma menu hasil olahan wasabi, Sebab ternyata, di perkebunan ini ada yang istimewa dari itu semua. Di sana ada seorang kakek gagah yang berdandan bak pengembara dan ramah kepada siapa saja.

Dialah Hama Shigetoshi, 71 usianya. Kepada kami dia mengaku akan menghabiskan sisa usianya di perkebunan wasabi ini. Dia bilang, tiada pernah akan meninggalkan tanah ini, tanah yang tak hanya menumbuhkan wasabi tapi juga tanah yang telah menyemaikan cinta remajanya pada Yoshiko. Itulah sebabnya, dia berjanji kepada dirinya, untuk mengenangkan cintanya kepada Yoshiko yang bersemi di Tanah Daio, maka Shigoteshi pun ingin mati dan dikuburkan di tanah ini.

Kini, baik Shigetoshi maupun Yoshiko sudah memiliki dunia sendiri-sendiri. Shigetoshi sudah memiliki keluarga, pun demikian dengan Yoshiko. Tapi Shigetoshi mengaku, api cinta itu tak pernah padam.

Itulah cerita romansa yang dituturkan Sigetoshi menjelang berakhirnya percakapan kami di tepian pematang kebun wasabi. Wajahnya langsung tampak segar saat dia mengenangkan kisah cintanya itu. Saya kira, kepada siapa pun dia akan bercerita perihal cinta matinya itu.

Hama Shigetoshi, adalah master wasabi yang bergumul dengan umbi beraroma tajam dan berasa pedas itu. Shigetoshi pula yang mengawasi Sungai Tadegawa dan sungai Yorozuigawa mengalir lancar.

Kompas.com/Jodhi Yudono Sungai Tadegawa dan sungai Yorozuigawa

Hama Shigetoshi berterimakasih kepada sutradara Akira Kurosawa. Gara-gara Kurosawa membikin film "Dream" di pertemuuan sungai ini, maka Pemda Nagano terangsang untuk melestarikannya menjadi tempat wisata dan melengkapi keindahan yang dimiliiki tempat ini.

Lihatlah dua sungai ini, yang di hulunya mengaliri 100 kebun wasabi, hingga kini masih terawat, termasuk kincir air yang dulu untuk menggiling gandum guna membuat soba.

Sungai yang dialiri air yang berasal dari gletser nun di pegunungan Alpen, hijau dedaunan wasabi, kemilau air yang jernih, kincir air, jembatan kayu, kuil kecil Shinto, dan Shigetoshi Hama yang selalu memeriksa kebun wasabi, dengan cangkul, parutan dan alat pengukur suhu; adalah harmoni keindahan yang sulit dilukiskan.

Ya, termometer yang selalu dibawa oleh Shigetoshi memang untuk mengukur suhu air. Shigetoshi harus selalu memastikan, air yang mengaliri kebun wasabi tetap terjaga di kisaran 13 sampai 15 derajat celcius.

Daio adalah perkebunan wasabi terbesar di Jepang (Kadang-kadang disebut sebagai Lobak Jepang) dan juga populer sebagai destinasi perjalanan. Salah satu alasan tempat ini populer di kalangan wisatawan domestik dan internasional adalah perkebunan ini dapat dikunjungi secara gratis.

Musim semi merupakan musim yang paling pas untuk mengunjungi perkebunan ini karena Anda dapat melihat bunga wasabi yang lucu dan tidak ada penutup untuk melindungi wasabi dari teriknya cahaya matahari.

Di musim panas, perpaduan aliran air dengan hijaunya pepohonan dan rumput menjadikan tempat ini indah dan sejuk. Anda bisa berkeliling dengan perahu untuk melihat ikan-ikan berenang di dalam air yang sebening kaca.

Tidak hanya ladang dan sungai yang indah, perkebunan ini juga menawarkan berbagai sajian unik yang menggunakan bahan olahan dari wasabi. Pengunjung dapat mencoba es krim wasabi, tempura wasabi, mie soba wasabi, bir wasabi, wine wasabi , kroket wasabi dan jus wasabi.

Perkebunan Daio Wasabi yang terletak di Azume-no, prefektur Nagano, adalah perkebunan wasabi terbesar di Jepang yang meliputi 15 hektar. Wasabi, yang telah menjadi terkenal di seluruh dunia dengan sushi, dapat tumbuh hanya di tempat yang ada air bersiH. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di mana suhu airnya tetap antara 10 sampai 15 derajat Celsius dan airnya tidak berlumpur. Air yang dingin dan bersih yang berasal dari salju meleleh dari Alpen yang berada di Perkebunan Daio Wasabi sepanjang tahun memungkinkan untuk mendapatkan wasabi dengan kualitas tinggi.

Bagi pengunjung yang ingin mencicipi wasabi tapi tidak suka rasa pedas, di tempat ini juga menyediakan es krim lembut Hon-wasabi dan kroket wasabi. Es krim Hon-wasabi yang lembut memberikan perasaan menyegarkan dari wasabi dengan sedikit rasa pedas. Kroket Wasabi tidak memiliki banyak rasa pedas juga, tapi pengunjung bisa memilih topping seperti saus wasabi. Es krim Hon-wasabi harganya 360 yen dan kroket wasabi harganya 210 yen. Pengunjung dapat menemukan kupon diskon 60 yen untuk es krim wasabi yang lembut di situs web mereka.

Perkebunan wasabi ini buka dari jam 9:00-05:20 sore. Selama musim dingin (dari bulan November sampai Februari) hanya buka dari jam 9:00-04:30sore.

Puas berkeliling kebun wasabi, kami pun pamit kepada Pak Hama Shigetoshi untuk melanjutkan perjalanan. Kamikochi adalah tujuan kami.

Kamikochi adalah lembah yang indah dan terletak di Pegunungan Alpen Jepang Utara. Mata air jernih dari sungai Azusa dengan Kappa Bashi (jembatan kayu) menjadi tempat favorit untuk berfoto. Di latar belakangnua adalah hutan hijau subur dengan puncak gunung yang berketinggian 3000 meter menjulang. Tempat ini konon adalah salah satu tempat yang paling indah di seluruh Jepang . Agar tidak merusak keasrian tempat ini, Pemerintah daerah setempat hanya memperbolehkan pendirian sedikit pondok-pondok dan toko-toko (berpusat di sekitar Kappa-Bashi). Kamikochi adalah tempat yang wajib dikunjungi oleh para pencinta alam yang berkesempatan datang ke Jepang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com