Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiwo Wali di NTT, Air Terjun Raja

Kompas.com - 27/11/2016, 08:10 WIB

KACAMATA Audax Aditya (26) dipasang di kepala, kamera dan baju renang disimpan di tas pinggang. Pemuda asal Jakarta itu hendak menuju Tiwu Wali, air terjun di Desa Ruis, Reok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Bahkan, sebagian besar orang Manggarai tidak tahu keberadaan air terjun itu, apalagi mitos di balik keindahannya.

Saat itu, Audax sedang berlibur di kampung tempat ayahnya dilahirkan di Manggarai. Bersama seorang sepupunya, Audax membawa motor menuju Tiwu Wali. Sepupunya, Konstantino Renaldi Lagu (23) atau yang disapa Aldi, adalah satu dari segelintir orang yang mengetahui keberadaan air terjun itu.

”Lebih baik datang sore hari karena tidak banyak orang yang pergi mandi. Lokasinya bagus buat foto-foto dan berenang,” ujar Aldi kepada Audax, Kamis (28/6/2016).

Dengan menggunakan sepeda motor, mereka berdua beranjak dari rumah menuju Desa Ruis. Dari Kota Reok menuju Desa Ruis menghabiskan waktu selama 30 menit, terdapat jalan setapak sekitar 200 meter dari pertigaan Dusun Wae Belang. Jalan berbatu dan berlumpur itulah jalan menuju air terjun.

”Jalan setapak itu dulu tidak ada, jalan itu dibuat oleh orang yang pergi berkebun, jangan berharap jalan beraspal, bertahun-tahun, ya, jalannya seperti itu,” kata Aldi layaknya seorang pemandu wisatawan.

Di ujung jalan setapak terdapat tangga menurun. Tangga itu dibuat dengan sangat terpaksa, terlihat dari susunan batu yang tak beraturan. Setelahnya, terdapat jalan setapak menurun sepanjang 100 meter sampai akhirnya tiba di Tiwu Wali.

Udara kota Reok yang panas tak terasa di tempat itu. Teduh. Pohon-pohon bambu dan pohon besar lainnya mengelilingi tempat tersebut. Semuanya hijau.

Tiwu Wali dibagi dua. Tempat pertama terdapat air terjun kecil dengan ketinggian sekitar 2 meter. Adapun di tempat kedua terdapat dua air terjun dengan ketinggian masing-masing berkisar 6-7 meter.

Di kaki air terjun terdapat danau kecil dengan kedalaman sekitar 6 meter. Airnya hijau bercampur biru, di sisi kanan dan kiri dipenuhi batu-batu besar.

Air terjun pertama ditemani batu-batu bersusun di sebelah kanannya. Susunan batu-batu itu menjadi seperti tangga, mengingatkan pengunjung pada susunan batu di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Jenis batunya pun terlihat sama.

”Orang di sini juga heran dengan susunan batu seperti itu. Jenis batunya juga hampir tidak ditemukan di mana pun di sekitar sini,” ungkap Yohanes (23) warga Dusun Golo Sita, Wae Belang, kampung sekitar air terjun yang kebetulan sedang pulang berkebun.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com