BANYUWANGI, KOMPAS.com - Suara kembang api terdengar keras di Desa Olehsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (27/11/2016) sore, menandakan arak-arakan pengantin segera diberangkatkan keliling desa.
Berbeda dengan pengantin lainnya, pasangan Untung Junaidi (25) dan Silviana (20) tidak menaiki kereta kuda tapi dijolang atau ditandu.
Secara berhati-hati mereka naik ke tandu yang terbuat dari bambu serta dihiasi dengan kain batik Gajah Uling khas Banyuwangi.
Tandu tersebut kemudian diangkat oleh warga desa secara bergantian diarak keliling kampung.
(BACA: "Mantu Kucing", Ritual Minta Hujan Warga Grajagan Banyuwangi)
Mereka berangkat dari rumah kerabat tempat mereka berdandan menuju pelaminan di rumah pengantin pria dan menempuh jarak sekitar 2 kilometer keliling desa. Arak-arakan pengantin tersebut melibatkan banyak orang.
Di belakangnya kelompok musik tetabuhan dan dilanjutkan dua tandu pengantin dengan posisi pengantin perempuan di bagian depan.
Mereka ditemani keluarga yang membawa perlengkapan rumah tangga, alat-alat dapur, polo gemantung (buah-buahan), bantal kloso (bantal dan tikar), kendi suwung, petek ngerem (ayam petelur) dan picis mupu (uang).
Arak-arakan tersebut ditutup dengan rombongan musik tradisional yang diikuti puluhan kerabat serta tetangga kedua mempelai.
Mengenakan pakaian bernuansa merah, Untung yang menggunakan kacamata hitam dan Silviana terus menebarkan senyum dan lambaian tangan kepada masyarakat yang memenuhi jalan desa.
Aling (34), kerabat pengantin kepada KompasTravel menuturkan jolang sudah jarang dilakukan oleh pengantin adat Using. Terakhir kali di Desa Olehsari, pengantin Jolang digelar pada 25 tahun yang lalu.
"Waktu itu Pak Lukman dan sekarang beliau sudah punya anak berusia 25 tahun dan hampir punya cucu," jelasnya.
Jolang atau tandu yang digunakan oleh pengantin dibuat sendiri oleh remaja Desa Olehsari dengan biaya pembuatan jolang ditanggung bersama rekan-rekan sang pengantin.
"Ini kan bentuk kekerabatan dan juga sarana silaturahmi yang sudah jarang ditemukan di daerah perkotaan," katanya.
Untuk hiburan, mempelai mengundang kesenian Burdah, seni musik yang menggunakan rebana besar selama semalam suntuk.
"Sengaja undang burdah karena sudah dijolang jadi sekalian untuk melestarikan tradisi khas masyarakat Using," kata Untung, pengantin pria kepada KompasTravel sambil tersenyum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.