Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indahnya Berwisata Sekaligus Belajar Perdamaian di Kabupaten Soppeng

Kompas.com - 30/11/2016, 12:06 WIB
Muhammad Irzal Adikurnia

Penulis

SOPPENG, KOMPAS.com - Saat berkunjung ke Kabupaten Soppeng, atau yang biasa dijuluki “Kota Kalong” di Sulawesi Selatan, Anda harus menjelajahi beragam wisata anti mainstream-nya. Selain destinasi wisata arkeologi dan alam, ada banyak wisata sejarah yang memiliki keunikan.

Antara lain Patung Bunda Maria Pieta asli Vatikan yang hanya satu di Indonesia, Villa Yuliana warisan kolonial, dan pemakaman para raja Jera Lompoe. 

Imanuel Asi’, pastor yang ada di Gereja Katolik Paroki Santa Perawan Maria, bercerita tentang patung pieta yang ada disana. Ia mengatakan, patung tersebut dahulu disembunyikan Belanda di Soppeng.

“Sebenarnya kolonial itu ingin menyebarkan agama Katolik di Bandung, tapi karena waktu itu Soppeng menjadi salah satu yang teraman dan damai, disembunyikanlah di sini. Sampai akhirnya merdeka dan kini ditetapkan disini,” ujarnya kepada KompasTravel, Kamis (24/11/2016).

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Patung Bunda Maria Pieta, yang konon langsung dari Vatikan. Patung ini sempat disembunyikan oleh kolonial di perbukitan Soppeng.
Kini patung bersejarah dari Vatikan tersebut kerap dikunjungi jemaat dari berbagai penjuru Sulawesi. Bahkan pada April dan Mei, masyarakat sekitar dari agama lainya ikut membuka penginapan atau homestay bagi wisatawan yang berkunjung.

Pesan yang sama pun akan Anda dapatkan saat berkunjung ke landmark Kabupaten Soppeng. Villa Yuliana yang bertengger cantik di Bukit Watansoppeng juga menyimpan banyak cerita.

Farouk Adam, Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Soppeng menjelaskan asal-usul Villa Yuliana yang merupakan bukti cintanya bangsa kolonial pada Ratu Wilhelmina.

Villa tersebut dibangun salah satunya untuk tempat peristirahatan para petinggi Kerajaan Belanda yang berkunjung ke Indonesia, tepatnya di Sulawesi.

“Dahulu Raja Soppeng ke-36 memiliki kesepakatan dengan kolonial, bahwa mereka (bangsa kolonial) boleh masuk ke Soppeng asal tidak mengganggu keamanan, kedamaian warga Soppeng. Raja lebih memilih diplomasi secara damai tanpa harus adanya petumpahan darah,” ujar Farouk.

Hal tersebut membuat bangsa kolonial berdamai dengan kerajaan Soppeng dan masyarakatnya. Belanda pun bisa membangun Villa Yuliana di tengah kota Soppeng saat itu.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Makam para raja Bugis yang berada di atas perbukitan Soppeng.
Menurut Farouk, hal tersebut juga terdokumentasikan di literatur Hindia Belanda. Salah satu tempat yang dijuluki “Buitenzorg” atau tempat yang damai pada saat penjajahan ialah Soppeng dengan Villa Yuliana-nya, selain juga Bogor, Malang, dan Kaliurang.

Sedangkan makam raja-raja Bugis juga diabadikan di tanah perbukitan Soppeng. Cobalah berkunjung ke Makam Jera Lompoe. Ada lebih dari 30 makam raja dari Kerajaan Soppeng, Kerajaan Luwu, dan Kerajaan Sidenreng.

Matarimah, penjaga makam sekaligus petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya Kabupaten Soppeng mengatakan kompleks makam ini mengisahkan perdamaian di tanah Soppeng. Tiga kerajaan yang sempat bercorak Hindu dan Islam ini berdamai di tanah Soppeng.

Sejak dulu, Soppeng sudah terkenal dengan kedamaiannya. Raja yang bijaksana pun menjamin kedamaian dan ketentraman masyarakatnya tak peduli ras, agama, dan bangsa mana mereka berasal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com