Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Cara Malaysia Mengelola Gunung Kinabalu

Kompas.com - 04/12/2016, 10:02 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KINABALU, KOMPAS.com – Gunung Kinabalu yang berlokasi di Sabah, Malaysia, adalah salah satu gunung tertinggi di Asia Tenggara. Puncaknya berada di ketinggian 4.095,2 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Manajemen pengelolaan Gunung Kinabalu terbukti menawarkan keamanan dan kenyamanan bagi pendaki. Hal itu tercermin dari tersedianya pos-pos pendakian, pembatasan kuota pendaki, adanya petugas gunung, pemandu, sampai sistem pendakian yang berlaku.

Pengelolaan Gunung Kinabalu berada di bawah manajemen Kinabalu Park. Ini adalah adalah salah satu kawasan konservasi berstatus taman nasional yang dinaungi oleh badan konservasi Sabah Parks.

KompasTravel sempat mendaki Gunung Kinabalu beberapa waktu lalu atas undangan Sabah Tourism Board. KompasTravel memiliki beberapa catatan khusus tentang pengelolaan Gunung Kinabalu.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Dua pendaki asal Indonesia tengah menyusuri jalur pendakian Gunung Kinabalu, Sabah, Malaysia, Selasa (22/11/2016).
Pertama, dari segi kuota pendakian. Pemandu wisata yang menemani KompasTravel mendaki Gunung Kinabalu, Bobby Wesley mengatakan bahwa saat ini pihak Taman Nasional Gunung Kinabalu membatasi jumlah pendaki sebanyak 120 orang per hari.

Pembatasan kuota tersebut, lanjut Bobby, ditujukan untuk mengantisipasi kerusakan alam Gunung Kinabalu serta berkaitan dengan faktor keamanan pendakian. Jumlah tersebut juga sesuai dengan jumlah kamar yang tersedia di area Panar Laban.

Panar Laban adalah area peristirahatan yang berada di ketinggian 3.272 mdpl. Pihak Taman Nasional Kinabalu mengharuskan pendaki untuk bermalam di beberapa penginapan di area Panar Laban sebelum mencapai puncak.

Kedua, sepanjang jalur pendakian Gunung Kinabalu terdapat pos-pos pendakian. Kerennya, pos-pos tersebut dilengkapi oleh air minum, toilet, informasi kawasan, tempat duduk, tempat sampah, dan tandu. Pendaki bisa me-refill botol minum dengan air gunung.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki asal Indonesia berada di Pondok Kandis, Gunung Kinabalu, Sabah, Malaysia, Senin (21/11/2016). Sepanjang jalur pendakian Gunung Kinabalu terdapat pos-pos pendakian yang lengkap dengan air minum, toilet, informasi kawasan, tempat duduk, tempat sampah, dan tandu. Pendaki bisa mengisi ulang air minum yang berasal dari gunung.
Adapun pos pendakian Gunung Kinabalu terdiri dari Timpohon, Pondok Kandis, Pondok Ubah, Pondok Lowii, Pondok Mempening, Layang-Layang, Villose, Paka Shelter, Laban Rata, dan Sayat-Sayat. Setiap pos dibuat dengan jarak sekitar 0,5 – 1 kilometer.

“Kalau tandu ditaruh setiap pos supaya kalau ada keadaan darurat bisa cepat reaksi,” kata Bobby.

Khusus di Pos Layang-Layang, terdapat beberapa kamar yang bisa digunakan untuk keadaan darurat. Pasalnya, jika terjadi keadaan darurat, jarak untuk kembali ke Timpohon atau ke Laban Rata terpaut sekitar 2-3 kilometer dari Pos Sayat-Sayat.

Ketiga, pihak Taman Nasional Kinabalu membatasi pendaki yang ingin menuju puncak Kinabalu. Setiap pendaki wajib mencapai Pos Sayat-Sayat sebelum pukul 05.00 waktu setempat.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Penanda berupa kartu (name tag) bagi setiap pendaki Gunung Kinabalu juga diberikan sebelum mendaki. Penanda tersebut berisi urutan kelompok dan nama pendaki.
“Kalau tidak sampai jam lima pagi, pendaki nanti diminta turun lagi ke penginapan Laban Rata,” jelasnya.

Pos Sayat-Sayat berketinggian 3.668 mdpl. Sedangkan penginapan Laban Rata berada di ketinggian 3.273 mdpl.

Kemudian, petugas gunung di Gunung Kinabalu terpantau selalu bersiaga di beberapa pos pendakian. Mereka bersiaga di Pos Layang-Layang dan Panar Laban.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com