“Taman nasional kaya dengan burung, kami memotret Bilbong Pendeta (Streptocitta albicollis), Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense), Raja Udang Pipi Ungu (Cittura cyanotis) yang merupakan satwa endemik di sub kawasan Sulawesi, serta burung lainnya,” kata Idham Ali.
Keanekaragaman hayati ini menjadi daya tarik tersendiri. Terutama burung endemik pulau Sulawesi seperti Julang Sulawesi. Mereka yang menggemari pemotretan satwa liar akan mengejar satwa ini. Ada kebanggaan dan kepuasan jika sudah berhasil memotret burung yang diinginkan.
Selain burung, taman nasional ini adalah rumah bagi kuskus beruang (Ailurops ursinus). Kuskus ini lebih lebih besar dari kuskus jenis lain yang juga ada di hutan Sulawesi.
Kuskus beruang bisa ditemukan merayap di pepohonan, terutama pohon yang menyediakan makanannya. Pergerakannya sangat lambat dan kadang-kadang seharian berada di pohon yang sama.
Hewan ini biasa ditemukan dengan anaknya atau sepasang jantan-betina. Mudah difoto karena lambat bergerak.
Kekompok Macaca nigrescens juga acap ditemukan dalam perjalanan menuju Hungayono atau bagian lain hutan ini. Mereka biasa menikmati buah ara (ficus), rotan atau rao.
“Yang penting dalam pemotretan satwa liar adalah kepekaan mendengar dan melihat,” tutur Ruri Irawan.