Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNBNW Lokasi Paling Eksotis Pemotretan Satwa Liar

Kompas.com - 05/12/2016, 13:18 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com –  Memotret satwa di habitat aslinya menjadi tren para fotografer di Gorontalo. Tempat yang paling favorit adalah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW).

Para fotografer umumnya menjadikan burung, primata, atau satwa lainnya yang ditemui saat menjelajah kawasan hutan atau kebun warga. Selain itu juga serangga menjadi obyek yang menarik saat difoto makro.

“Saya suka yang natural, alami. Saat sedang memotret di hutan saya berinteraksi dengan alam secara langsung, menikmati udara segar,” kata Idris Mertosono, penggiat fotografi, Sabtu (3/12/2016).

Fotografi satwa liar di Gorontalo mulai marak saat Idham Ali dan sejumlah penyuka fotografi lainnya dari Masyarakat Fotografi Gorontalo (MFG) melakukan pemotretan di hutan-hutan Gorontalo. Mereka memasuki Taman Nasional Bogani Nani Wartabone untuk memotret Tarsius tarsier, Macaca nigrescens, Julang Sulawesi (Aceros cassidix) dan burung lainnya.

“Saya merekomendasikan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone jika ada yang ingin memotret satwa liar,” ujar Idham Ali.

Taman Nasional ini tidak jauh dari Kota Gorontalo, perjalanan pemotretan satwa liar bisa dilakukan dalam satu hari perjalanan. Bisa menggunakan mobil atau motor dengan jarak tempuh kurang dari 1 jam.

Jika menggunakan mobil, kendaraan harus diparkir di desa seberang sungai, kemudian dilanjutkan naik ojek atau jalan kaki melalui jembatan gantung di atas Sungai Bone.

Tidak bakal menyesal untuk menjelajah taman nasional ini. Hutannya yang masih perawan dan terlindungi sebagai daerah konservasi merupakan rumah yang nyaman bagi banyak satwa.

Dari desa terakhir, Tulabolo, Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, pengunjung jalan kaki melewati jalan setapak yang dijadikan jalur utama masyarakat Kecamatan Pinogu di dalam kawasan. Warga satu kecamatan ini berada di tengah lebatnya hutan taman nasional sebagai daerah enclave.

Luas taman nasional seluruhnya 287.115 hektar, yang meliputi 2 provinsi, 117.115 hektar berada di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dan 110.000 hektar ada di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.

Satu setengah jam berjalan kaki akan menemukan kawasan peneluran burung Maleo (Macrocephalon maleo) yang sangat luas, daerah ini biasa disebut Hungayono. Berada di samping Sungai Bone yang jernih, terdapat panas bumi. Rekahan tanah di sini mengalirkan air panas.

Dari panas bumi inilah burung-burung Maleo menitipkan telurnya untuk ditetaskan. Mereka menggali tanah lembut hingga kedalam yang diinginkan dan menimbun sebutir telur yang kelak menetas dan berjuang sendiri keluar dari timbunan tanah hangat.

“Maleo banyak dijumpai di sini, terbang pendek dari pohon ke pohon, biasanya kami lihat sepasang,” kata Idham Ali.

Tidak sulit mencari satwa liar untuk difoto di lebatnya TNBNW, yang diperlukan hanya kepekaan dan ketelitian mengawasi lingkungan sekitar. Karena satwa yang mendiami hutan ini biasa menyatu dengan lingkungannya.

“Saya mendapatkan 2 pasang Tarsius tarsier di sarangnya di pohon bambu sekitar jam 11.00 Wita, ini primata nocturnal yang unik,” kata Muazman Hamzah, salah seorang penggiat fotografi alam liar yang sehari-hari bertugas di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.

Selain burung Maleo yang endemik Sulawesi, hutan dataran rendah ini juga rumah bagi banyak burung jenis lainnya.

Idham Ali, Muazman Hamzah dan fotografer lainnya acap mengunjungi kawasan Hungayono setiap ada kesempatan terutama libur akhir pekan yang panjang.

Sudah lebih dari 100 spesies burung yang telah difoto Idham Ali. Burung yang difoto di habitatnya berbeda jauh dengan yang berada dalam sangkar. Ini kelebihan foto satwa yang diambil di hutan.

KOMPAS.COM/RONNY ADOLOF BUOL Sepasang burung endemik yang unik, Maleo, sedang menggali lubang di nesting ground di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara.
Tidak sulit menemukan burung di TNBNW ini. Dalam sehari bisa mendapatkan banyak spesies dan individu. Antara lain Kehicap Ranting (Hypothymis azurea), Udang merah Sulawesi  (Ceyx fallax), Kangkok Ranting  (Cuculus saturatus), Paok Mopo (Pitta erythrogaster), Pelatuk Kelabu Sulawesi, (Mulleripicus fulvus), Uncal Ambon  (Macropygia amboinensis), Cekakak Hutan Tunggir Hijau, (Actenoides monachus), Walik Malomiti (Ptilinopus subgularis), Walik Kembang (Ptilinopus melanospila), Kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), Sikatan Matari (Culicicapa helianthea), Kepudan Sungu Sulawesi (Coracina morio).

“Taman nasional kaya dengan burung, kami memotret Bilbong Pendeta (Streptocitta albicollis), Pelanduk Sulawesi  (Trichastoma celebense), Raja Udang Pipi Ungu (Cittura cyanotis) yang merupakan satwa endemik di sub kawasan  Sulawesi, serta burung lainnya,” kata Idham Ali.

Keanekaragaman hayati ini menjadi daya tarik tersendiri. Terutama burung endemik pulau Sulawesi seperti Julang Sulawesi. Mereka yang menggemari pemotretan satwa liar akan mengejar satwa ini. Ada kebanggaan dan kepuasan jika sudah berhasil memotret burung yang diinginkan.

Selain burung, taman nasional ini adalah rumah bagi kuskus beruang (Ailurops ursinus). Kuskus ini lebih lebih besar dari kuskus jenis lain yang juga ada di hutan Sulawesi.

Kuskus beruang bisa ditemukan merayap di pepohonan, terutama pohon yang menyediakan makanannya. Pergerakannya sangat lambat dan kadang-kadang seharian berada di pohon yang sama.

Hewan ini biasa ditemukan dengan anaknya atau sepasang jantan-betina. Mudah difoto karena lambat bergerak.

Kekompok Macaca nigrescens juga acap ditemukan dalam perjalanan menuju Hungayono atau bagian lain hutan ini. Mereka biasa menikmati buah ara (ficus), rotan atau rao.

“Yang penting dalam pemotretan satwa liar adalah kepekaan mendengar dan melihat,” tutur Ruri Irawan.

Idham Ali Tarsius tarsier, primata mungil banyak ditemukan di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Primata ini aktif pada malam hari. Suaranya yang khas sering ditakuti masyarakat pada malam hari

Ruri Irawan yang pengusaha ekspedisi ini menggandrungi fotografi satwa liar tertular temannya, ia serng “diculik” dibawa ke hutan atau kebun-kebun warga. Di sinilah kemudian ia jatuh cinta.

“Ada kuskus yang lebih kecil, namanya Dwarf Cuscus atau Stigocuscus celebensis, ini satwa nocturnal yang aktif pada alam hari,” kata Iwan Hunowu, Program Manager Wildlife Conservation Society (WCS) Wilayah Sulawesi.

Tidak banyak informasi terkait Dwarf Cuscus ini. Namun jika beruntung dapat mengabadikannya merupakan prestasi tersendiri. Dwarf Cuscus adalah kusksu kerdil spesies marsupial (hewan berkantung). Kuskus Kerdil ini juga termasuk hewan endemik Sulawesi.

Sebagai kawasan konservasi, untuk masuk ke hutan ini diperlukan izin dari Balai TNBNW. Tidak susah untuk mengurus izin yang akan masuk lama atau sekadar ingin motret.

Menurut Ayu Diah Lestari, penyuluh di Balai TNBNW, karcis masuk hanya Rp 5.000 per orang per hari. Jika ada pengamatan dikenakan tambahan biaya Rp 10.000 per kegiatan.

“Jika ingin melakukan penelitian harus ada Simaksi atau Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi, cukup Rp 100 ribu untuk waktu kurang dari 1 bulan. Kalau 1 sampai 3 bulan Rp 150 ribu,” kata Ayu Diah Lestari.

Idham Ali Kehicap Ranting (Hypothymis azurea) bersarang di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Burung ini bertelur 2-3 butir berwarna kuning tua, berbintik coklat merah, berbiak bulan Januari-Juni.
Bagi yang belum pernah ke TNBNW tidak perlu berkecil hati, masyarakat Desa Tulabolo, desa terakhir yang berbatasan dengan kawasan konservasi ini siap untuk menjadi pemandu. Seperti yang dilakukan oleh Guspan Wadipalapa.

Guspan sangat memahami liku-liku hutan yang khas ini. Bahkan ia juga paham dengan perilaku satwa. Sarang burung, tarsius atau lainnya yang ia jumpai saat masuk hutan adalah pemandangan eksotis yang akan diberitahu kepada pengunjung.

Dengan ramah ia akan mengajak pengunjung menjelajah hutan, mengenalkan flora fauna kekayaan hayati Indonesia yang khas.

Tidak sulit untuk menemukan keindahan Indonesia. Ayo ke Gorontalo!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com