Sebelum tengah hari adalah saat terbaik menjelajah Portobello karena badan masih bisa leluasa bergerak tidak terhalang kerumunan dan kepadatan orang di ruas jalan sekitar 500 meter. Berbagai barang antik dijual. Jika mencari oleh-oleh unik, Portobello adalah surganya.
Jika lapar, banyak camilan dan makanan yang baru selesai diolah dijajakan. Musisi jalanan dengan berbagai alat musik di tiap persimpangan menambah suasana perayaan akan hidup. Beberapa pelintas berhenti, menikmati, bergoyang, bahkan ikut bernyanyi menggantikan vokalis yang butuh jeda.
13.00
Sehari penuh terasa tidak cukup di Portobello. Namun, rencana harus dilanjutkan. Sebelum meninggalkan Portobello, Nottinghill Bookshop yang terkenal di film Nottinghill (1999) yang dibintangi Hugh Grant dan Julia Roberts jadi tujuan. Terletak di 142 Portobello Road, pintu birunya jadi obyek foto banyak pengunjung.
Setelah mengambil gambar, sambil bergegas meninggalkan Portobello, tujuan selanjutnya adalah Abbey Road dengan bus tingkat merah. Di penyeberangan jalan paling terkenal di dunia itu, The Beatles yang gondrong dan becelana cutbray menyeberang jalan untuk sampul album dengan judul Abbey Road (1969).
Di pertigaan jalan ini, puluhan orang dari berbagai negara datang khusus menunggu saat tepat menyeberang untuk minta difoto seperti The Beatles. Karena jalan ramai, aktivitas turis ini kerap dikeluhkan pengguna jalan. Namun, umumnya pengendara maklum dan sabar memberi kesempatan.
Bersamaan dengan datangnya gelap, kami menuju stasiun kereta api bawah tanah atau metro menuju Museum Modern Tate di pusat Kota London. Kereta bergerak cepat. Ditambah jalan kaki menuju museum yang menggunakan tiang listrik bercat oranye sebagai petunjuk jalan, kami tiba di museum yang ramai.
Tujuan pertama adalah toilet. Bersih, lapang, dan gratis. Setelah lega, kami memilih beberapa lokasi untuk dikunjungi seperti ruang koleksi lukisan Picasso dan Salvador Dali. Meskipun semua gratis, pengelola museum mendorong pengunjung berdonasi agar museum tetap gratis.
Bagi yang tidak suka mengapresiasi karya seni, museum ini bisa jadi tempat singgah atau istirahat sejenak. Pilihan oleh-oleh berdasarkan karya seniman bisa diperoleh di beberapa art shop. Tempat makan yang nyaman dan hangat bisa jadi pilihan melepas lapar dan penat.
17.30
Natal yang mendekat digarap museum untuk menggelar bazzar di taman yang menghadap Sungai Thames. Banyak makanan hangat dan enak dijajakan. Makan malam di tempat ini jadi pilihan sambil merancang pulang melintasi Millenium Bridge yang khusus diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Selama perjalanan, banyak dijumpai orang dari berbagai budaya dan negara. Menurut survei, lebih dari 300 bahasa terucap di London karena keragaman ini. Hal itu terbukti.
Mendengar logat dalam percakapan singkat selama menunggu bus, rindu tanah air makin terasa. Setelah tiba di hotel, Bandar Udara Heathrow jadi tujuan. Perjalanan padat sehari menjelajah London menjadi bekal tidur dalam perjalanan panjang menuju Jakarta via Dubai.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.