"Ada sekitar 700 pekerja di sini. Kalaupun mereka ketinggalan makan siang, ada afternoon tea tiap sore. Semua bahan makanan pun kami ambil dari tanah kami di sini," papar Polly.
Pembuatan desain semua produk John Hardy sama sekali tidak menggunakan komputer. Penggambaran dan pewarnaan dilakukan dengan tangan. Gambar tersebut dibuat di atas kertas dengan skala 1:1, alias sama seperti ukuran aslinya.
BACA JUGA: Blusukan ke Tabanan, Melihat Rumah Tradisional Khas Bali
Polly mengajak saya masuk ke beberapa ruangan berikutnya. Ada ruangan untuk waxing, alias membuat replika model produk menggunakan lilin. Model dari lilin tersebut kemudian dimasukkan ke dalam adonan semacam semen. Hasilnya adalah semen dengan cetakan desain produk yang diinginkan.
"Barulah material seperti emas atau perak dimasukkan ke dalam cetakan ini," tutur Polly.
Proses membuat perhiasan ini membutuhkan waktu yang tak sebentar. Polly menuturkan, mulai dari proses menggambar hingga produk siap dipamerkan di etalase, butuh waktu sekitar 1-2 tahun. Hanya untuk satu jenis produk.
Tak heran, harga untuk satu produk perhiasan John Hardy sama sekali tak murah.
"Harganya mulai dari 750 dollar AS sampai 60.000 dollar AS untuk satu produk," tambah Polly.
Bagaimana jika orang Indonesia tertarik dan ingin membeli produk John Hardy? Selain menyambangi langsung lokasi workshop di Ubud, John Hardy juga dijual di Plaza Indonesia (Jakarta) dan The Mulia Hotel Bali selain juga toko Duty Free di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.
Saat menyambangi lokasi workshop di Ubud, wisatawan bisa ikut tur mengelilingi beberapa lokasi pembuatan serta makan siang di Long Table.
BACA JUGA: Nusa Ceningan, Pulau Kecil yang Lagi Hits di Bali
Hal terpenting, John Hardy adalah media promosi Indonesia lewat koleksi perhiasan berkualitas tinggi hasil karya seniman Bali. Polly mengatakan, beberapa waktu lalu John Hardy membawa empat seniman dari Indonesia ke New York untuk memeragakan cara membuat perhiasan handmade.
"Nama programnya Artisans in Residence, digelar di New York beberapa waktu lalu. Kami membawa beberapa seniman Bali untuk mempromosikan Indonesia, terutama perak dan hasil kerajinan khas lokal," tutup Polly.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.