Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tangan Bu Poer, Nasi Bungkus Ini Naik Kelas

Kompas.com - 10/01/2017, 11:45 WIB
I Made Asdhiana

Editor

Bu Poer mengaku sengaja memilih nasi gudeg sebagai salah satu menu andalannya karena suaminya asli Yogyakarta dan dia sendiri pernah tinggal di Yogyakarta.

"Ceritanya saya ini pulang kampung karena nggak ada kegiatan jadi ya jualan lagi. Dibuatin warung sama anak saya buat kesibukan" katanya sambil tersenyum.

Berawal dari Jualan di Pinggir Jalan

Kepada KompasTravel, bu Poer bercerita merintis warung nasi bungkus sejak tahun 1987. Saat itu, perempuan yang hobi memasak tersebut menerima pesanan katering dari beberapa pabrik yang ada di Banyuwangi.

Pada tahun 1995, dia berjualan menggunakan mobil yang dimodifikasi menjadi seperti warung sehingga dia bisa jualan keliling di wilayah kota Banyuwangi.

"Waktu itu mobil nganggur di rumah akhirnya saya rombak semuanya bagian belakang bisa dibuka dan dibuat meja di kasih kursi. Saya masak sendiri saya sopiri sendiri. Waktu itu masih belum ada yang jualan pakai mobil. Saya berangkat jam 9 dan jualan di depan bank, terus pindah lagi dan itu berjalan hingga 2 tahun. Tahun 1997 saya pindah ke Yogyakarta," kata bu Poer.

Di kota pelajar tersebut, bu Poer kembali mencoba peruntungan dengan berjualan nasi bungkus dan menyewa warung kecil di dekat Atmajaya tepatnya di Jalan Merican.

Ia menjual sego penyet khas Banyuwangi dan tidak disangka warung tersebut berkembang dengan pesat hingga dia memiliki enam cabang di Yogyakarta dengan jumlah karyawan mencapai 100 orang.

"Saat reformasi, tepat di depan warung saya ada demo dan ada yang meninggal namanya Moses Gatotkaca dan sejak itu jalan depan warung saya diganti namanya dengan Jalan Moses dan warung saya sempat pindah ke Kaliurang," kenangnya.

Hingga saat ini, ada empat warung sego penyetan khas Banyuwangi yang dimiliki oleh bu Poer di Yogyakarta dan dikelola oleh anaknya.

Tahun 2013, bu Poer memilih pulang ke kampung halamannya di Banyuwangi dan kembali berjualan menggunakan mobil di wilayah Pantai Boom.

Karena langganannya semakin banyak, ia kemudian memilih berjualan di warung dan menetap tidak berpindah-pindah lagi.

"Anak saya yang buatkan warung ini. Katanya buat hiburan saya di Banyuwangi dan nggak nyangka warungnya juga ramai seperti yang ada di Jogja," katanya.

Menurut bu Poer, niatnya membuka warung bukan hanya sekadar untuk mencari uang. Di warung tersebut, bu Poer mengaku bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan banyak orang.

"Usia saya sudah masuk usia pensiun tapi nggak mau kalau diam saja di rumah. Di sini kan bisa masak bisa ngobrol dengan banyak orang jadi lebih senang saja," ujarnya.

Bu Poer mengaku setiap bulan Februari dalam satu hari semua penghasilan yang didapatkan di warung tersebut disumbangkan untuk anak yatim piatu serta orang yang tidak mampu. "Biar berkah dan semua orang bisa ikut senang," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com