”Kami berharap, setelah lulus nanti dan kembali ke negara asalnya, mereka bisa menjadi duta wisata untuk Indonesia karena mempromosikan seni budaya, khususnya budaya Jawa,” ujarnya.
Salah satu penabuh dalam grup karawitan ini, Signe Rasmusen, mahasiswa Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta asal Denmark, menilai keistimewaan musik karawitan terdapat pada keragaman suara yang dihasilkan berbagai macam alat musik.
”Perpaduan berbagai jenis warna suara yang berasal dari berbagai macam instrumen melahirkan paduan musik dinamis yang lembut dan manis,” ujar Signe.
Sementara anggota Jogja Gangsa Nagari lainnya, Ekaterina Golikova, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UGM asal Rusia, mengaku jatuh cinta dengan kesenian karawitan dan berniat mengenalkan kesenian ini di negara asalnya nanti.
Sebelum pementasan ini, Jogja Gangsa Nagari, yang mayoritas personelnya baru mengenal instrumen musik tradisional Jawa, berlatih setidaknya dalam 10 kali pertemuan.
Meski dalam waktu sedikit, instruktur yang juga dosen Karawitan ISI Yogyakarta, Anon Suneko, mengaku tak ada kendala apa pun selama latihan.
Sebagai penggagas, Kimpling berharap program dan gerakan sejenis Jogja Gangsa Nagari bisa mendapatkan perhatian lebih baik dari pemerintah pusat dan daerah.
Jika dibina berkelanjutan, program seperti ini dapat menjadi media promosi global untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Tanah Air. (DIMAS W NUGRAHA)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Januari 2017, di halaman 12 dengan judul "Menjadi Duta Wisata Lewat Seni Karawitan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.