Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jogja Gangsa Nagari Menjadi Duta Wisata Lewat Seni Karawitan

Kompas.com - 10/01/2017, 19:27 WIB

DI malam pergantian tahun 2016 ke 2017, Orlando Tessitore, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta asal Italia, menikmati hiruk-pikuk perayaan bersama warga lokal di kawasan Monumen Tugu Yogyakarta.

Sambil menanti datangnya tahun 2017, ia menceritakan pengalamannya di awal Desember saat berada di atas Panggung Kinara Kinari Ramayana Ballet Prambanan.

Di atas panggung berlatar Candi Prambanan, Orlando memainkan gambang dengan penuh konsentrasi. Di saat yang sama, Nguyen Thi Kha Van, mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, bernyanyi mengikuti gamelan.

(BACA: I Made Terip, Guru Gamelan untuk Semua Bangsa)

Orlando, Thi Kha, dan 42 mahasiswa internasional lain yang menempuh pendidikan di Yogyakarta menampilkan seni karawitan, kesenian musik yang mengemas perpaduan alat musik tradisional Jawa.

Grup karawitan bernama Jogja Gangsa Nagari ini menjadi penutup dalam pentas gamelan Gebyar Gangsa Agung Prambanan, Minggu, awal Desember lalu.

Anggota Grup Karawitan yang dibentuk pada 15 Oktober 2016 ini berasal dari 22 negara, di antaranya Australia, Rusia, Tiongkok, dan Tanzania.

Mereka berstatus mahasiswa di empat perguruan tinggi di Yogyakarta, yakni Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(BACA: Tiga Budaya Indonesia Tampil pada Klip Video Coldplay Amazing Day)

Indro Suseno, penggagas Jogja Gangsa Nagari, membentuk grup karawitan ini atas kesadaran akan banyaknya mahasiswa asing di Kota Yogyakarta yang telah terpikat kebudayaan Indonesia.

”Mereka adalah para ’Indonesianis’ yang memiliki semangat besar untuk belajar seni budaya Nusantara. Mereka adalah sebuah inspirasi besar bagi masyarakat Indonesia untuk lebih meningkatkan cinta serta pelestarian seni budaya leluhur,” ujar pria yang akrab disapa Kimpling itu.

Berdasarkan data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, terdapat sekitar 2.500 mahasiswa asing di DI Yogyakarta. Mereka berstatus mahasiswa di 17 perguruan tinggi, baik berstatus perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta.

Eksotik

Menurut Kimpling, bukan hal yang sulit untuk mencari mahasiswa internasional yang tertarik mempelajari karawitan khas Jawa. Seni ini dianggap eksotik dan menarik.

KOMPAS/DIMAS WARADITYA NUGRAHA Kelompok karawitan Jogja Gangsa Nagari yang beranggotakan 44 mahasiswa dari 22 negara tampil menutup pentas gamelan Gebyar Gangsa Agung Prambanan, Minggu (4/12/2016) malam, di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Mereka diharapkan menjadi Duta Wisata Indonesia saat kembali ke negara masing-masing.
Seni tradisi ini telah menarik segmentasi penggemar kelas menengah-atas dan mampu bersaing dengan kesenian hiburan modern.

”Kami berharap, setelah lulus nanti dan kembali ke negara asalnya, mereka bisa menjadi duta wisata untuk Indonesia karena mempromosikan seni budaya, khususnya budaya Jawa,” ujarnya.

Salah satu penabuh dalam grup karawitan ini, Signe Rasmusen, mahasiswa Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta asal Denmark, menilai keistimewaan musik karawitan terdapat pada keragaman suara yang dihasilkan berbagai macam alat musik.

”Perpaduan berbagai jenis warna suara yang berasal dari berbagai macam instrumen melahirkan paduan musik dinamis yang lembut dan manis,” ujar Signe.

Sementara anggota Jogja Gangsa Nagari lainnya, Ekaterina Golikova, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UGM asal Rusia, mengaku jatuh cinta dengan kesenian karawitan dan berniat mengenalkan kesenian ini di negara asalnya nanti.

Sebelum pementasan ini, Jogja Gangsa Nagari, yang mayoritas personelnya baru mengenal instrumen musik tradisional Jawa, berlatih setidaknya dalam 10 kali pertemuan.

Meski dalam waktu sedikit, instruktur yang juga dosen Karawitan ISI Yogyakarta, Anon Suneko, mengaku tak ada kendala apa pun selama latihan.

Sebagai penggagas, Kimpling berharap program dan gerakan sejenis Jogja Gangsa Nagari bisa mendapatkan perhatian lebih baik dari pemerintah pusat dan daerah.

Jika dibina berkelanjutan, program seperti ini dapat menjadi media promosi global untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Tanah Air. (DIMAS W NUGRAHA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Januari 2017, di halaman 12 dengan judul "Menjadi Duta Wisata Lewat Seni Karawitan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com