Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/01/2017, 22:03 WIB
EditorI Made Asdhiana

Melihat kiprah Sugito, pada 2007, ia didaulat warga untuk maju pada pemilihan kepala desa setempat. Setelah terpilih sebagai kepala desa, Sugito kian getol memperjuangkan kemajuan Serang. Dia kembangkan Serang menjadi sentra sayur-mayur di Purbalingga.

Sugito pun menjadikan Serang sebagai desa wisata. Awalnya, dia membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan mengandalkan wisata petik stroberi.

Beberapa warung makan dibangun di tepi jalan desa yang juga jalur utama menuju pos terakhir jalur pendakian Gunung Slamet dari Purbalingga.

Lurah tanpa bengkok

Awal 2010, pemerintahan Kabupaten Purbalingga menetapkan Desa Serang sebagai desa wisata pertama di daerah yang hingga pertengahan 2000-an menjadi salah satu daerah di Jawa Tengah yang paling banyak ”memasok” pembantu rumah tangga ke sejumlah daerah. Namun, perkembangan desa wisata Serang itu tidak berjalan mulus.

”Banyak konflik internal di tubuh Pokdarwis. Pengurusnya kurang profesional,” kata Sugito. Hal itu berbuntut pada penurunan pelayanan wisata.

Akhir 2010, Sugito berinisiatif membentuk badan usaha milik desa (BUMDes). Baginya, pengelolaan wisata melalui badan usaha bakal lebih profesional.

Ia mengajak sejumlah warga urunan untuk membeli beberapa wahana permainan. ”Saat itu, terkumpul Rp 50 juta. Kami beli alat flying fox dan motor ATV,” katanya.

Pada 2013, Sugito berinisiatif membuka kompleks wisata memanfaatkan tanah bengkok seluas 1,3 hektar yang semestinya berhak ia garap sendiri.

”Enggak ada gunanya kalau saya nikmati sendiri (tanah bengkok). Lebih bermanfaat jika dipakai untuk kemakmuran warga,” ujarnya.

Namun, tidak mudah bagi Sugito menggerakkan warga ikut membantu pembangunan kawasan yang kemudian dinamakan Rest Area Lembah Asri tersebut.

Sugito tidak menyerah. Dia sabar melakukan pendekatan melalui tokoh-tokoh masyarakat. Setelah ia bisa mengajukan beberapa contoh warga yang sukses dari pariwisata, perlahan pandangan warga lainnya berubah.

Akhirnya, warga secara sukarela mau menyumbang bambu dan alang-alang untuk membuat bangunan gazebo. Mereka juga membangun jalan di dalam kompleks wisata secara swadaya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+