Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sajian Martabak Durian Sudah Ada Sejak 12 Tahun Lalu

Kompas.com - 12/01/2017, 09:03 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com – Hidangan martabak Durian yang ditawarkan oleh gerai Istana Martabak, Margonda, Kota Depok, Jawa Barat ternyata telah hadir sejak pertengahan tahun 2005. Martabak durian di Istana Martabak menjadi salah satu menu yang tak hilang layaknya varian rasa klasik seperti cokelat, keju, dan kacang.

“Martabak durian ini sudah masuk menu selama 12 tahun. Tidak pernah berhenti. Sampai sekarang martabak durian gak pernah kosong,” kata Pemilik Istana Martabak, Ardianto (42) saat ditemui KompasTravel di gerainya yakni di bilangan Margonda, Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (11/1/2017).

Selama 12 tahun, konsistensi adalah kunci keberhasilan mempertahankan varian martabak durian. Ardianto mengatakan untuk bahan isi martabak, yakni daging buah durian, tak pernah ia kurangi.

“Satu martabak durian yang mini butuh sekitar 30 gram daging durian,” ungkap laki-laki kelahiran Pulau Bangka itu.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Satu yang menyita perhatian khususnya hidung saat daging buah durian akan dioleskan di martabak. Aroma menyengat buah berduri itu menelusup lubang hidung.

Martabak durian disajikan selama hampir 12 tahun ini selalu melekat di hati penikmatnya. Ardianto mengaku permintaan martabak durian di gerainya setiap hari bisa mencapai 50 loyang untuk semua ukuran.

“Yang diminati itu yang mini karena murah dan bisa dimakan sendiri. Itu gak ada yang sisa. Kalau yang besar, gak habis itu basi. Makanya rata-rata beli yang kecil,” paparnya.

Awal hadirnya hidangan martabak durian di Istana Martabak berawal ketika ia menyantap serabi durian. Selepas itu, ia langsung terpikir untuk mengombinasikan daging buah durian dengan martabak.

“Saya berpikir kalau digabung dengan martabak itu mungkin bisa. Awalnya begitu saja. Dari situ muncul inovasinya,” ungkap Ardianto.

BACA JUGA: 5 Martabak Kekinian Pilihan untuk Jajan Sore

Sejak awal berdiri hingga saat ini, Ardianto menyebut varian martabak yang tak hilang di Istana Martabak adalah keju, kacang, dan cokelat. Sementara, varian martabak seperti kacang merah, kacang hitam, dan kelapa telah hilang.

“Kalau Nutella masih berjalan sampai sekarang. Isi kelapa, selai nanas, stroberi itu sudah hilang. Varian durian itu kan tambahan. Tapi ada pasarnya sendiri kok durian itu,” tambahnya.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Istana Martabak, usaha yang dirintis oleh Ardianto (42), sejak tahun 2001 yang menjual olahan buah durian dengan cara digabung dengan martabak. Istana Martabak menyediakan dua pilihan rasa yakni durian polos dan durian keju.

Selama hampir 12 tahun, ia mengaku hidangan martabak durian ini juga penuh tantangan dalam penyajiannya. Tantangan yang dialami adalah ketahanan daging buah durian.

"Martabak durian itu sulitnya untuk menyimpannya. Gak tahan lama. Paling lama dua hari pakai freezer. Kalau sudah jadi martabak, 5-6 jam saja. Beda dengan cokelat, durian itu cepat basi. Kalau pisang, jagung kan tidak ada basinya," paparnya.

Pertama kali mengembangkan varian martabak durian ia juga sempat mengalami kesulitan. Antara lain adalah ketidaktahuan untuk menyimpan daging durian.

"Awalnya gampang sekali buatnya karena tinggal dioles. Saya tidak pernah kepikiran campur apa-apa. Awalnya sih basi aja duriannya," imbuh laki-laki beranak dua itu.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com