Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memajang Lukisan di Atas Ranjang Hotel

Kompas.com - 12/01/2017, 19:12 WIB

MENDAHULUI Pekan Seni Singapura atau Singapore Art Week 2017, Rosalind Lim, pendiri dan Direktur The Art Apart Fair Singapura, terlebih dahulu menggelar pameran lukisan di Hotel Pan Pacific Orchard, 7-11 Januari 2017. Sejumlah lukisan dipajang di atas ranjang kamar hotel tersebut.

Singapore Art Week (SAW) 2017 sendiri baru dibuka pada hari Rabu (11/1/2017), dan dijadwalkan berlangsung hingga 22 Januari 2017.

Setidaknya, 29 program pilihan utama yang dinaungi SAW, di antaranya Art Stage Singapore (12-15 Januari), Aliwal UrbanArt Festival (12-15 Januari), dan Artwalk Little India (12-17 Januari).

Ada tiga program yang baru dalam agenda tahunan SAW 2017, di antaranya Fantasy Islands (11-26 Januari 2017), yang menghadirkan karya seni bertema relasi Singapura dengan Batam, salah satu pulau industri milik Indonesia yang berdekatan dengan Singapura.

(BACA: Kafe Harry Potter Hadir di Singapura!)

SAW 2017 juga menghadirkan program baru: Contemporary Printmaking Festival 2017. Festival karya seni berteknologi multimedia untuk dicetak secara digital yang memungkinkan siapa pun dapat berkreasi.

Kemudian program OH! Open House yang menghadirkan The Bizarre Honour. Program ini bertutur tentang kepunahan harimau, terutama di Singapura, berdasarkan catatan The Overland Singapore Free Press pada 1 Juli 1851.

Pameran The Art Apart Fair di Hotel Pan Pacific Orchard memang bukan termasuk program SAW 2017. Menurut Lim, kegiatan itu berawal tahun 2013, dan pameran kali ini merupakan edisi ke sembilan.

(BACA: Bolehkah Memotret di Pameran Lukisan Istana?)

"Konsep memamerkan lukisan di atas ranjang sebuah kamar hotel itu ingin memasukkan karya seni ke ruang-ruang intim publik, terutama bagi orang- orang yang pernah menginap di kamar hotel itu. Saya memperoleh inspirasi ini dari New York, Amerika Serikat, sekitar 15 tahun silam," katanya, Selasa (10/1/2017).

Ruang pamer lukisan dipilih empat kamar paling mewah, yaitu kamar penthouse and suites di lantai 20. Kemudian beberapa ruang pertemuan hotel di lantai tiga, dan di ruang lobi hotel.

Sisi-sisi pintu lift pun dimanfaatkan. Siapa pun yang ingin menggunakan lift itu dipastikan memandang lukisan tersebut.

Lim menampilkan lebih dari 100 lukisan. Ada pula karya seni kaca dari Murano, Italia, dan cetakan hasil fotografi, serta seni instalasi yang dihasilkan oleh sekitar 80 seniman.

Mereka berasal dari Singapura, Indonesia, Filipina, Vietnam, Jepang, Australia, Rusia, Mongolia, Inggris, Spanyol, dan sebagainya.

Sebagian karya itu milik kolektor seni terkenal di Singapura, Stanley Quek dan Lynette Wong, serta kolektor dari Argentina, Ernesto Bedmar.

Instalasi "kursi bakso"


Sebuah instalasi "kursi bakso", yaitu kursi-kursi plastik tanpa sandaran yang kerap digunakan pedagang asongan, di antaranya seperti pedagang bakso di Indonesia, terpampang di ruang lobi hotel tersebut.

Itu karya seorang arsitek dari Singapura, yaitu Hoo Cheong Fong. "Ini seni instalasi berkonsep arsitektural," kata Fong.

Sebelumnya, siangnya, Rosalind Lim mengajak beberapa wartawan dari Indonesia, Hongkong, Tiongkok, dan Jepang berkeliling ke setiap ruang pamer. Pertama kali yang dijelaskan Lim adalah karya seni instalasi oleh Fong tadi.

Di dekat seni instalasi itu dipajang lukisan berukuran cukup besar karya pelukis Erica Hestu Wahyuni dari Indonesia. Lukisan khas gaya Erica bercorak kanak-kanak terpampang menghadap pintu hotel.

Giliran berikutnya, Lim mengajak para wartawan untuk menikmati lukisan besar yang bertutur tentang fenomena Pokemon, karya seniman Singapura, Ben Puah.

Selanjutnya, Lim menunjukkan deretan cetakan hasil fotografi karya jurnalis Straits Times Singapura, Ling Yang Chen.

Di lantai tiga, ruang pamer lukisan mengambil ruang-ruang meeting atau ruang pertemuan. Lim menunjukkan salah satu ruang pertemuan hotel yang digunakan untuk pameran tunggal seniman Singapura, Ben Puah. "Ada gaya Picasso oleh Ben Puah," tutur Lim.

Lukisan-lukisan Ben Puah yang bercorak naif itu bertutur tentang imajinasi. Salah satunya, ada yang bercorak monokromatik hitam, seperti gaya Mark Rofko yang terkenal dari Amerika Serikat.

Di ruang berikutnya, Lim menunjukkan karya-karya lukisan dari para penyandang disabilitas. Para pelukis itu tergabung dalam komunitas Very Special Arts Singapore, yang bekerja sama dengan Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura.

Ruang-ruang pertemuan Hotel Pan Pacific Orchard menunjang suasana yang hangat untuk menikmati pameran karya seni tersebut. Kemudian Lim mengajak ke lantai 10 hotel. Di sana, didapati suasana yang lebih hangat lagi.

Momentum pameran tepat ketika tingkat hunian hotel turun, sehabis musim liburan Natal dan pergantian tahun 2016. Inilah pilihan Lim yang cukup unik dan memikat. (NAWA TUNGGAL dari Singapura)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Januari 2017, di halaman 12 dengan judul "Memajang Lukisan di Atas Ranjang Hotel".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com