Ada juga masalah lain. Meski harga susu naik, jumlah peternak justru stagnan. Mereka lebih suka kegiatan yang menghasilkan uang seketika.
”Outbound” desa
Pada 2012, setelah melakukan studi banding ke desa-desa wisata, Trisno coba merintis kegiatan outbound yang dikemas dalam paket wisata.
Dibantu teman-temannya dari Solo, ia menciptakan berbagai kegiatan luar ruang, seperti permainan toya gila, pipa bocor, tangga manusia, dan nguras samudra. Ada juga petualangan susur sungai dan hutan serta pelatihan penyegaran jiwa.
Anak-anak muda dan sesepuh setempat diajak serta menjadi pelaksana outbound. Sebagian dari mereka dikirim ke Solo untuk belajar mengoperasikan alat-alat outbound dan belajar berbagai permainan yang aman.
Meski miskin, Dusun Tanon—yang berbatasan dengan hutan lindung kawasan Perhutani Magelang—dianugerahi alam yang subur dan indah.
Pada musim hujan, kabut menyelimuti desa ini sejak pukul 14.00. Dengan potensi itu, paket ”outbound ndeso” plus wisata itu pun diminati oleh sekolah, perguruan tinggi, sampai rombongan karyawan perusahaan.
Berdasarkan pengamatan Trisno, sepanjang 2009-2011, warga lebih suka diajak kegiatan outbound ketimbang memelihara sapi perah. Memelihara sapi tidak langsung mendapatkan hasil.
Sementara warga yang membantu kegiatan outbound langsung memperoleh upah begitu kegiatan itu kelar. Besarnya lumayan, Rp 20.000 sampai Rp 35.000 per orang.
Wisata menari
Paket ”outbound ndeso” plus wisata Dusun Tanon menjadi menarik karena dipadukan dengan pergelaran budaya. Salah satunya, seni tari.
Menurut sejarah lokal, salah satu prajurit Pangeran Diponegoro, yakni Ki Tanuwijaya, pernah tinggal di Dusun Tanon. Ki Tanu mengajar bela diri yang dikemas dalam tari, salah satunya tari keprajuritan yang diwariskan turun-temurun.
Pentas seni ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Ada juga beberapa jenis tarian lain, seperti tari rodat, topeng ayu, kuda lumping, kuda debog, dan warog kreasi.