Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vandalisme Bukan Satu-satunya Penyebab Kerusakan Terumbu Karang

Kompas.com - 07/02/2017, 09:20 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu beredar foto di dunia maya terkait vandalisme pada koral di Raja Ampat, Papua Barat. Sebelumnya, kejadian serupa juga pernah terjadi di Nusa Penida, Bali.

BACA JUGA: Ketika Vandalisme Terpahat di Koral Raja Ampat

Tingkah vandalisme tersebut memang membuat geram banyak orang. Namun, tak hanya vandalisme yang bisa merusak koral baik di Raja Ampat atau perairan lainnya di Indonesia. Banyak tindakan lainnya dari manusia yang berpotensi besar merusak koral.

"Walaupun tampak buruk (coretan di koral Raja Ampat), itu belum ada apa-apanya dibanding kerusakan pada koral Raja Ampat akibat jangkar perahu liveaboard (kapal rekreasi)," kata Doug Meikle, seorang Warga Negara Australia yang tinggal di Raja Ampat.

Doug Meikle adalah orang yang mengunggah tiga foto kerusakan koral Raja Ampat akibat coretan penyelam di akun Facebook Stay Raja Ampat. Ia merupakan admin Facebook dan situs resmi Stay Raja Ampat. Stay Raja Ampat sendiri merupakan akun Facebook resmi dari Asosiasi Usaha Homestay Lokal Kabupaten Raja Ampat.

Ia menuturkan bahwa semua jangkar yang dijatuhkan ke terumbu karang tentu saja bisa mengakibatkan kerusakan. Semakin besar jangkar dan rantai, lanjutnya, akan semakin besar pula dampak kerusakannya.

FACEBOOK/STAY RAJA AMPAT Tiga foto yang diunggah menunjukkan vandalisme pada tiga koral berbeda di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.

Sebuah laporan yang dirilis situs Raja Ampat Environment Watch memaparkan kerusakan terumbu karang akibat jangkar pada kedalaman 30-40 meter. Kerusakan itu terletak pada titik penyelaman Citrus Ridge.

Kerusakan terumbu karang di Raja Ampat, lanjut Doug, juga disebabkan operator tur yang membawa wisatawan yang tak bisa berenang saat melihat terumbu karang atau snorkeling.

"Turis-turis ini sering terlihat berjalan di koral. Wisata semacam ini bisa berujung pada kehancuran koral di lautan dangkal yang didatangi wisatawan itu," jelasnya.

 

BACA JUGA: Koral Rusak di Raja Ampat, Kemenpar Siap Berikan Sanksi untuk Operator Selam

Doug kemudian memberikan tautan tentang laporan Raja Ampat Environment Watch tentang kelakuan turis yang berdiri di atas koral untuk selfie.

Sementara itu, menurut Dwi Aryo Tjiptohandono dari Marine and Fisheries Campaign Coordinator WWF Indonesia, penyebab rusaknya koral di Indonesia mayoritas disebabkan oleh diinjak.

"Dipatahkan sebagai suvenir dan rusak karena diver pemula yang belum bisa menjaga bouyancy, (juga) sampah," katanya kepada KompasTravel, Jumat (3/2/2017).

Ia menambahkan sebuah analisa dampak kerusakan ekosistem laut yang dilakukan IPB (Institut Pertanian Bogor) di kawasan Pulau Panggang, Jakarta Utara, menunjukkan bahwa potensi tingkat kerusakan akibat diving adalah sebesar 7,574 persen per tahun. Sementara itu, akibat snorkeling sebesar 8,196 persen per tahun.

FACEBOOK/STAY RAJA AMPAT Stay Raja Ampat adalah situs non-komersil dan nirlaba yang bertujuan untuk mendukung usaha komunitas Raja Ampat untuk membangun industri ekowisata.

Penelitian bertajuk "Kajian Potensi Dampak Wisata Bahari terhadap Terumbu Karang di Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu" oleh Ika Yusnita (2014), difokuskan untuk mengkaji dampak wisata bahari yaitu diving dan snorkeling melalui pendekatan perilaku wisatawan yang berpotensi merusak terumbu karang.

Penelitian itu dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Kepulauan Seribu yaitu di Pulau Pramuka, Pulau Nusa Keramba, Pulau Panggang, Pulau Air dan Pulau Semak Daun.

BACA JUGA: Berkaca dari Kasus Raja Ampat, Ini Upaya Mencegah Koral Kembali Rusak

Berdasarkan data dari Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2014, seperti dikutip dari penelitian tersebut, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Seribu menunjukan peningkatan, yaitu berjumlah 659.659 orang pada tahun 2012 meningkat menjadi 1.498.470 orang pada tahun 2013.

Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian tersebut, menunjukan bahwa perilaku wisatawan saat diving dan snorkeling berpotensi mengakibatkan kerusakan terumbu karang. Perilaku wisatawan saat diving dan snorkeling yang berpotensi mengakibatkan kerusakan terumbu karang adalah menginjak karang, menendang karang, mengambil karang, dan memegang karang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com