Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semalam di Negeri Dongeng

Kompas.com - 20/02/2017, 08:41 WIB

AROMA harum roti yang dipanggang ”membelai” indera penciuman tak lama setelah mata terbuka dari tidurnya. Masih pukul 03.00, tetapi tampaknya dapur hotel sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk para tamu.

Ketika hari mulai terang, tampaklah pemandangan menakjubkan dari balik jendela kayu yang tersibak.

Sambil menikmati pemandangan deretan rumah beratap merah yang berada di sisi lembah Sungai Vltava, kerjap mata membawa pada ingatan tentang makan malam istimewa yang menyambut kedatangan kami di Cesky Krumlov, destinasi wisata di selatan Ceko.

Makan malam ini dikemas ala abad pertengahan. Para tamu menyantap paduan masakan klasik dan modern dalam balutan kostum ala era Renaisans. Membayangkannya kembali sambil menatap pemandangan indah di depan mata, seperti membaca buku dongeng saja.

Sajian makan malam unik tersebut hanya ada di Hotel Ruze tempat kami menginap. Bangunan hotel yang berada di tebing sungai, dulunya adalah bekas asrama dan universitas Jesuit yang didirikan pada abad ke-16.

Gedungnya masih mempertahankan arsitektur asli dengan interior yang beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Perabot dan lantai kayu dilengkapi lukisan-lukisan kuno abad pertengahan di masing-masing kamar memperkental suasana kekunoan Cesky Krumlov yang berada di perbatasan Ceko, Austria, dan Jerman.

KOMPAS/SRI REJEKI Sudut Kota Pilsen di wilayah barat Ceko. Pemandangan bangunan-bangunan bergaya renaisans dilihat dari kawasan Kastil Cesky Krumlov.
Dari Hotel Ruze, rombongan kami yang terdiri dari wartawan, biro perjalanan, Turkish Airlines, dan Czech Tourism, bergegas memanfaatkan waktu sehari yang tersisa.

Ada banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi, tetapi karena keterbatasan waktu, tujuan dipersempit menjadi hanya Museum Fotoatelier Seidel dan Kastil Cesky Krumlov yang dibangun sejak abad ke-13.

Cesky Krumlov adalah kota kecil yang berjarak 180 kilometer dari Praha, ibu kota Ceko, atau 2,5 jam perjalanan dengan bus. Sempat berada di bawah kekuasaan Jerman, tetapi sejak Perang Dunia I masuk dalam wilayah Cekoslowakia saat itu.

Pada masa pemerintahan komunis, wilayah ini sempat terbengkalai. Baru mulai mendapat perhatian sejak Revolusi Velvet pada 1989 yang mengakhiri era komunisme di negeri ini.

Sejak 1992, kompleks Kastil Cesky Krumlov masuk dalam daftar situs warisan budaya UNESCO.

Derai hujan mengiringi perjalanan kami mengeksplorasi pusat sejarah kota. Beruntung, Martina, pemandu yang mendampingi kami saat itu, meminjami beberapa payung yang cukup melindungi dari curahan hujan yang memperparah terpaan rasa dingin di penghujung musim gugur kala itu.

Barok, gotik, dan renaisans

Museum Fotoatelier Seidel bertempat di rumah pribadi Josef Seidel, pionir fotografer profesional pada paruh pertama abad ke-20.

KOMPAS/SRI REJEKI Bangunan bergaya gotik adalah toko daging dan pejagalan yang sudah ada sejak 1392.
Selain foto-foto lawas yang merekam kehidupan masyarakat di sana pada awal abad ke-20, kita juga bisa melihat teknologi fotografi pada masa itu.

Dari mulai kamera antik, pengolahan foto dan kartu pos, film negatif, hingga kamar gelap. ”Peralatan yang ada di sini masih beroperasi dengan baik,” kata pemandu kami di museum ini.

Semuanya menyatu dengan perabot pribadi Seidel dan keluarganya di ruangan dengan cat berwarna pastel.

Sesi tur museum diakhiri dengan foto bersama dengan kostum lama, suasana berfoto yang sama dengan yang dirasakan orang-orang dari masa awal abad ke-20. Hasil akhirnya dalam bentuk foto berwarna dan hitam putih.

Rintik hujan masih terus mengiringi langkah kaki kami menapaki jalan-jalan berbatu di kawasan kota tua Cesky Krumlov. Topografi kota ini sedikit berbukit yang membuat kaki harus siap berjalan naik turun.

Namun, itu semua setara dengan pemandangan dan pengalaman yang diperoleh. Lorong-lorong yang kami lewati dan lukisan fresco di dinding-dinding bangunan seakan melempar kami ke berabad-abad lalu.

Kastil Cesky Krumlov sudah dibangun sejak 1253. Bangunan aslinya yang bergaya gotik dulunya milik Lord of Krumlov dari keluarga Vitkovci (Witigonen) yang merupakan salah satu trah tertua di Ceko.

Trah ini yang membangun wilayah Bohemia Selatan. Namun, tidak mempunyai keturunan lagi, kastil ini kemudian diwarisi oleh keluarga Rosenberg yang merupakan cabang lain dari keluarga Vitkovci.

KOMPAS/SRI REJEKI Suasana makan malam ala abad pertengahan di Hotel Ruze, Cesky Krumlov. Para tamu bersantap dengan mengenakan kostum ala masa renaisans.
Seiring pertambahan zaman, kawasan kastil yang sekarang terdiri atas 40 bangunan ini terus mengalami perkembangan.

Jadilah, bangunan-bangunan yang ada di kompleks ini mencerminkan berbagai era, mulai dari gotik, barok, hingga renaisans.

Martina sempat mengajak kami mampir ke Gereja St Vitus dan museum yang ada di kompleks kastil. Jangan lewatkan untuk naik ke puncak menara kastil setinggi 54,5 meter dengan 162 anak tangga.

Pemandangan bangunan-bangunan bergaya renaisans di antara liukan Sungai Vltava yang berbentuk tapal kuda hadir bagai lukisan.

Kita bisa jalan berputar mengikuti bagian dalam puncak menara yang berbentuk lingkaran untuk melihat bagian atas kota tua dari berbagai sudut.

Setelah makan siang di Jakub Restaurant yang dindingnya dipenuhi cekungan berhiaskan lukisan fresco, akhirnya kami harus meninggalkan Cesky Krumlov, kota kedua terpopuler di Ceko setelah Praha.

Kota Pilsen

Sehari sebelumnya, kami singgah di kota Pilsen. Antara kedua kota ini terentang jarak 4 jam perjalanan dengan bus atau mobil karena Pilsen masih berada di wilayah barat Ceko.

Sedangkan dari Praha, Pilsen berjarak 90 kilometer atau 1-1,5 jam perjalanan darat dengan bus atau kereta.

KOMPAS/SRI REJEKI Ketel-ketel besar untuk memproses ramuan bir sebelum difermentasi.
Mendengar nama Pilsen, mungkin kebanyakan orang akan langsung teringat dengan produk bir pilsener. Betul sekali, di kota inilah bir pilsener berasal.

Minum bir sudah seperti minum air putih bagi orang setempat. Harga bir lebih murah daripada air mineral.

Kami berkunjung ke museum dan pabrik bir Pilsner Urquell Beer yang sudah ada sejak 1842. Kami mengintip bagaimana minuman ini difermentasikan di bawah tanah dengan lantai dan dinding berkapurnya yang selalu lembab dan sedikit berair.

Kita seperti masuk goa dan menelusuri labirin untuk melihat tahap demi tahap proses pembuatan bir di bawah tanah.

Total panjang labirin mencapai 20 kilometer dan salah satu yang terbesar di wilayah Eropa Tengah.

Pada akhir tur, pengunjung ditawarkan segelas bir yang dikucurkan langsung dari tong kayu besar.

Bagi yang tidak mengonsumsi alkohol, bisa mencicipi bir dengan kadar alkohol 0 persen yang menurut seorang rekan perjalanan saya, rasanya sama saja dengan bir beralkohol.

Pilsen bukan cuma bir karena kota tuanya juga menarik dengan alun-alun, gereja, dan bangunan-bangunan tua lainnya. Dibangun oleh Raja Wenceslaus II, kota ini dijuluki ibu kota budayanya Eropa pada 2015.

KOMPAS/SRI REJEKI Perjalanan menuju puncak menara kastil harus melewati 162 anak tangga yang sempit.
Berbagai festival seni dan budaya digelar di kota berpenduduk 168.000 jiwa ini. Pemandu kami saat itu, mengajak singgah di Gereja Katedral Bartolomeuw yang bergaya gotik. Di bagian luar, terdapat pagar hitam dengan hiasan kepala bersayap.

”Bagi yang percaya, jika mereka berdoa sambil menggenggam bagian pagar ini, maka doanya akan terkabul,” katanya sambil menunjukkan bagian pagar bercat kuning yang menghitam karena sering disentuh pengunjung. (SRI REJEKI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Februari 2017, di halaman 28 dengan judul "Semalam di Negeri Dongeng".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com