Pembina dan guru Pendidikan Lingkungan Hidup SMAN 07 Pontianak Rooshardiani, yang mendampingi peserta didik, menuturkan, pendidikan lingkungan merupakan bagian dari ekstrakurikuler di sekolah.
Hal ini penting karena pendidikan lingkungan bagian dari pendidikan karakter siswa. Kawasan MMP menjadi salah satu tempat yang tepat bagi siswa belajar lingkungan dan dekat dengan alam.
Sebab, taman mangrove ini tidak sekadar tempat wisata, tetapi juga wahana edukasi. Dengan mengikuti kegiatan ini, ia berharap siswa memiliki keinginan menjaga lingkungan.
Sarana edukasi
Kawasan MMP itu dikelola kelompok Mempawah Mangrove Conservation (MMC). MMC sendiri merupakan kelompok yang berinisiatif menyelamatkan daerah pesisir. Ketua MMC Raja Fajar Azansyah menuturkan, kawasan MMP diresmikan pada 23 Agustus 2016. Luasnya 2 hektar.
MMP didirikan untuk mengubah pola pikir, terutama generasi muda terhadap lingkungan. Mengubah pola pikir mengenai lingkungan sama pentingnya dengan aksi langsung.
Untuk mengubah pola pikir itu, setiap pelajar yang datang akan dibekali dengan kegiatan penambahan wawasan dan praktik penanaman mangrove.
Di kawasan MMP terdapat 30.000 mangrove yang terdiri dari 10 jenis. Namun, sebagian besar adalah jenis akar jangkar (Rhizophora).
Mangrove jenis ini banyak ditanam di kawasan itu karena fungsinya untuk menanggulangi bahaya abrasi di pantai Mempawah.
Sebelum MMP berdiri, Fajar dan sejumlah anggota kelompok masyarakat sadar wisata Mempawah sudah mengawali gerakan konservasi dengan menanam mangrove di kawasan itu.
Penanaman mangrove di Pantai Mempawah dilakukan sejak 2011. Penanaman mangrove juga mendapat dukungan dari relawan dan berbagai lembaga.
Kabupaten Mempawah merupakan daerah pesisir. Panjang garis pantainya mencapai 120 kilometer dan seluruhnya rawan abrasi.
Dalam 20 tahun terakhir, pantai di Mempawah hilang sekitar 1,5 kilometer. Namun, dengan adanya gerakan konservasi, pantai di daerah itu terselamatkan.