Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati "Surga" di Selat Pantar, Alor

Kompas.com - 26/02/2017, 16:03 WIB

”Selesai menyelam, kami dapat pergi ke desa adat di Takpala untuk melihat Museum 1.000 Moko atau Nekara di Kalabahi, dapat juga lihat kampung nelayan di Alor Besar, atau menyaksikan atraksi tarian dan kesenian yang digelar di Museum 1.000 Moko. Terkadang, kami ikut tracking di Gunung Koya-Koya atau di Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar,” kata Nanchy, yang fasih berbahasa Indonesia karena begitu seringnya menjelajahi Indonesia.

Selain Pulau Kepa, di sisi baratnya terdapat Pulau Pura. Terdapat delapan desa di Pulau Pura dengan jumlah penduduk sekitar 16.760 jiwa.

Mata pencarian utama penduduk setempat adalah nelayan, bertani lahan kering, dan menyadap nira lontar. Turis asing pun dapat saja menjelajahi desa itu.

Lebih ke utara dari Pulau Pura adalah Pulau Ternate. Nama pulau itu memang identik dengan nama Pulau Ternate di Maluku Utara. Ternyata, nenek moyang penduduk Pulau Ternate Alor memang dari Maluku Utara yang datang ke Alor juga untuk memperkenalkan agama Islam.

Sementara itu, pulau paling utara di Selat Pantar adalah Pulau Buaya. Warga di pulau ini juga memiliki mata pencarian sebagai nelayan dan petani.

Bagaimana menuju ke TLSP? Pertama, dari Jakarta tentu dapat langsung terbang menuju Bandara Mali di Pulau Alor dengan satu kali transit di Bandara El Tari, Kupang, NTT. Total waktu penerbangan bervariasi 5-9 jam tergantung rute dan jam penerbangan.

Biayanya tentu tidak murah. Berdasarkan pantauan harga tiket penerbangan pada Februari 2017 ini, harga tiket ke Alor dapat mencapai tiga kali lipat dari harga tiket pesawat ke Singapura.

Meski demikian, apabila ingin meresapi suasana provinsi kepulauan, dari Kupang dapat berlayar dengan kapal langsung menuju Kalabahi.

Pilihan lainnya adalah naik feri dari Kupang menuju Larantuka, Flores. Kemudian dari Larantuka dapat menggunakan kapal kayu menuju Pelabuhan Kalabahi di Pulau Alor.

Perjalanan dengan kapal laut dari Kupang tentu membutuhkan waktu belasan jam. Namun, pengalaman itu tentu takkan terlupakan meski harus dihindari musim gelombang tinggi. (KORNELIS KEWA AMA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Februari 2017, di halaman 23 dengan judul "Menikmati ”Surga” di Selat Pantar, Alor".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com