Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Milik Bersama di Sudut Berastagi

Kompas.com - 27/02/2017, 10:23 WIB

KOLEKSI museum biasanya dimiliki oleh pemilik museum secara pribadi, yayasan, atau pemerintah.

Namun, di Museum Pusaka Karo, Kota Berastagi, Sumatera Utara, koleksi museum adalah barang-barang milik puluhan warga yang dipinjamkan kepada museum untuk dipajang.

Jika sewaktu-waktu pemiliknya membutuhkannya, ia bisa mengambilnya kembali. Sedikitnya ada 30 orang yang terdaftar menyerahkan barang-barangnya ke museum tersebut.

Barang-barang itu seperti aneka macam perhiasan khas Karo, senjata, peralatan rumah tangga, kain, dan berbagai peninggalan kebudayaan Karo.

Mereka adalah warga Karo yang tinggal di Kabupaten Karo ataupun di sejumlah daerah, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

”Kebanyakan koleksi kami terutama yang mahal-mahal itu titipan. Tetapi, ada juga yang hibah,” kata Leo Joosten Ginting, OFM Cap (78), pendiri Museum Pusaka Karo.

(BACA: Pernah Dengar Museum Mainan Kolong Tangga? Ini Tempatnya...)

Benda-benda itu sewaktu-waktu bisa diambil jika pemilik membutuhkannya.

Mehemoni br Tarigan (37) bahkan menitipkan ratusan benda koleksinya ke museum itu dari berbagai perhiasan, uis (ulos karo, kain tradisional untuk dikenakan perempuan karo dalam berbagai acara adat), hingga senjata.

”Kalau saya simpan di rumah, cuma saya sendiri yang melihat. Tetapi, kalau ada di museum, banyak orang yang melihat dan bisa belajar dari benda-benda itu,” tutur perempuan Karo yang bermukim di Bali itu, Selasa (10/1/2017).

Monic, begitu ia biasa disapa, bahkan menyediakan sendiri lemari-lemari kaca untuk tempat pajangan benda-benda itu.

”Kadang-kadang saya bahkan tidak tahu apa nama benda itu dan apa kegunaannya. Kalau di museum, ada kuratornya yang tahu benda-benda itu dan apa kegunaannya,” tutur Monic, yang memang kolektor benda-benda kuno itu.

(BACA: Melihat Cara Membuat Mobil Secara Manual di Museum Toyota Jepang)

Ia memercayakan barang-barangnya ke museum karena sejauh ini museum merawat dan menjaga benda-benda itu dengan baik. ”Kalau tidak dirawat baik tentu saya ambil kembali,” kata Monic.

Apalagi, banyak anak-anak sekolah yang bisa belajar dari benda-benda itu.

Lain halnya dengan Darta Surbakti (28), warga Berastagi yang menitipkan tiga benda ke museum, yakni satu pisau milik kakeknya dan dua tempat menutu sirih milik kakek buyutnya.

”Di rumah, benda-benda peninggalan itu disimpan di lemari. Tetapi, kalau di museum, bisa dilihat banyak orang dan berguna untuk pengetahuan,” tutur Darta.

Ia lalu meminta izin orangtuanya untuk membawa barang-barang ke museum dan orangtuanya memperbolehkan.

”Iting (kakek) saya veteran perang, ada buku-buku catatannya dan teman-temannya yang kami simpan. Saya juga ingin buku itu dipajang di museum, tetapi orangtua saya belum memperbolehkan,” kata Darta.

Meski demikian, suatu saat nanti ia ingin meminjamkan ke museum.

Ikonik

Museum itu diresmikan pada Februari 2013. Museum Pusaka Karo menempati gedung mungil ukuran sekitar 8 x 10 meter bekas Gereja Katolik Santa Maria, Berastagi.

Tempatnya tak jauh dari Bundaran Tugu Proklamasi Berastagi, dekat dengan Pasar Buah Berastagi.

Selama tiga tahun beroperasi hingga 10 Januari lalu, tercatat ada 15.810 orang yang mencatatkan diri di buku tamu.

Selain warga lokal terutama anak-anak sekolah, pengunjung dari sejumlah negara juga hadir terutama negara-negara Eropa, seperti Austria, Belanda, dan Inggris. Pengunjung bebas masuk tanpa harus membeli tiket.

Museum menjadi sangat ikonik di tengah lesunya pariwisata Berastagi akibat erupsi Gunung Sinabung. Penataan koleksinya cukup rapi dan bersih di tengah penataan situs-situs wisata di Berastagi yang semrawut.

”Kami sudah memiliki 800 koleksi barang, tetapi baru 600 yang bisa dipajang karena tempatnya sempit,” kata kurator Museum Pusaka Karo, Kriswanto Ginting.

Dari 600 barang berharga yang dipajang itu, sangat terlihat betapa tinggi kebudayaan yang dimiliki masyarakat Karo. Ada piring kayu besar untuk makan seluruh keluarga atau biasa disebut capah, ada pula piring porselen.

Ada padung-padung atau anting-anting yang biasa digunakan perempuan Karo yang sederhana, ada yang penuh hiasan ukiran, juga topeng-topeng raksasa untuk menari gundala-gundala, tarian meminta hujan yang mistis.

Tempat menyimpan sirih dan tempat menumbuk sirih pun aneka ragam nan indah dengan berbagai ukiran. Uis, berbagai peralatan pertanian, dan pustaha—buku dari batang pohon bertuliskan huruf dan tulisan Karo—tak ketinggalan dipamerkan.

Kriswanto mengatakan, buku-buku tua itu berumur sekitar 400 tahun dan dikembalikan ke Karo dari Belgia. Di pintu masuk museum juga terpajang sebuah miniatur rumah adat Karo yang kini di Karo tinggal beberapa saja.

Leo mengatakan, museum berdiri atas bantuan puluhan orang, terutama atas dorongan mantan Bupati Karo Daniel Daulat Sinulingga.

Sinulingga, lanjut Leo, mengatakan kalau pemerintah yang membuat museum tidak jadi-jadi. Pemerintah Kabupaten Karo juga tidak memiliki museum, maka bekas gereja itu dijadikan museum Karo.

Bantuan donor

Untuk merawat dan mengoperasikan museum, Leo mengandalkan banyak bantuan donor dari berbagai kalangan di Tanah Air. Ia juga dibantu saudara-saudaranya dari Belanda karena tidak ada penghasilan dari tiket masuk ke museum.

Misi museum ini semata-mata untuk mengenalkan budaya Karo kepada khalayak. ”Kami berharap bisa meluaskan museum supaya makin banyak benda-benda bersejarah yang bisa ditampung,” kata Leo.

Meskipun buka setiap hari sejak pukul 09.00 hingga 16.30, sayangnya museum itu justru tutup pada hari Minggu dan hari besar. Padahal, di situlah hari-hari itu banyak wisatawan yang hadir di Berastagi.

”Saya berharap pada hari Minggu museum buka supaya banyak wisatawan yang bisa mengunjungi museum,” kata Monic. (Aufrida Wismi Warastri)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Februari 2017, di halaman 22 dengan judul "Museum Milik Bersama di Sudut Berastagi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com