BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Tanah masih basah karena hujan sepanjang siang menyisakan genangan air di sana sini di sebuah gang kecil di Jalan Persatuan RT 3 Kelurahan Manggar Baru, Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Seperti sehabis hujan pada umumnya, kehidupan warga di gang kecil itu kembali menggeliat. Termasuk belasan pelukis Balikpapan yang datang dari berbagai sudut kota, mereka kembali memulas sebuah dinding besar dan panjang dalam ganti yang merupakan pagar milik rumah susun.
Cadio Tarompo, seorang pelukis beraliran realis, meneruskan memulas dinding 4x6 meter di mulut gang. Ia menciptakan gambar 3 dimensi orang sedang memancing dengan ragam warna cerah.
“Setiap hari sejak awal bulan, kerja di sini dari pukul 16.00 hingga nanti jam 24.00,” kata Cadio, Senin (26/2/2017).
(BACA: Kaltim Tawarkan Wisata Religi dan Kuliner)
Aksi pelukis lain juga sama. Aji Pranyoto, di ujung dalam gang menyelesaikan gambar orangutan sedang selfie, Marty menggambar kupu-kupu raksasa, sedangkan Chacha mengawasi warga yang semakin banyak lalu lalang dan menyempatkan selfie.
Kebanyakan lukisan 3 dimensi, seperti: terowongan suram menuju laut bikinan Cadio, kedalaman suasana laut lukisan Surya Dharma, gambar sayap malaikat bikinan Chacha, dan lukisan abstrak Sairi.
“Yang sudah selesai menutup lukisannya dengan terpal supaya aman sementara dari kerusakan. Dibuka saat peresmian besok,” kata Cadio.
Gang itu semacam lorong besar yang terbuka atapnya. Ukurannya terlalu sempit bila dilintasi dua mobil. Jalannya masih perpaduan semeninasi setengah hati dan pengerasan pasir.
Di satu sisi adalah jajaran kepadatan rumah warga kampung yang terbangun dari kayu dikelir cat warna warni.
Sisi seberangnya adalah dinding pagar rumah susun, tingginya 4 meter dengan panjang 100-an meter. Dinding itulah yang menjadi kanvas bagi para pelukis untuk melukis.
Dinding memanjang sengaja dikemas penuh lukisan dan barisan rumah warna warni di seberangnya seolah menjadi gerbang panjang.
Jalan gang itu sejauh 100 meter, menuju ke dermaga kecil di tepi muara Sungai Manggar di mana tertambat kapal nelayan bercampur dan kapal klotok.
Pemerintah sengaja mengemas kampung itu jadi penuh warna untuk menyambut wisatawan yang nantinya ingin berkunjung ke Teluk Seribu, sebuah destinasi baru wisata di kota ini.
Teluk Seribu sendiri sebenarnya hanyalah penamaan bagi sebuah kawasan di dekat hulu Sungai Manggar. Untuk menjangkau ke sana, bisa dengan menggunakan perahu klotok maupun speed.
Pergi ke Teluk Seribu sejatinya sekaligus menikmati eksotika hutan mangrove di sepanjang pinggir sungai. Sebagaimana bakau alami, hutan juga menyimpan kekayaan satwa unik di sana dan tentu menarik siapa pun yang penasaran ingin melihat.
“Pemerintah rencananya akan meresmikan destinasi ini besok tanggal 28 Februari 2017,” kata Firdaus, Ketua Kelompok Sadar Wisata Teluk Seribu.
Kegundahan 17 warga di 5 RT di bantaran muara sungai menjadi awal inisiatif kemunculan Teluk Seribu.
“Kami ingin membangkitkan masa jaya kampung ini saat kami masih saya kecil dulu,” kata Firdaus. Pilihannya adalah mengandalkan penawaran keelokan mangrove.
Gayung bersambut. Pemerintah tidak datang sendiri. Mereka membawa perusahaan cat Avian Paint yang menyumbang ribuan liter cat untuk mengubah suasana kampung di 5 RT menjadi ceria.
“Pemerintah membantu untuk menarik wisatawan biar makin banyak ke kampung ini untuk ikut merasakan Teluk Seribu nantinya,” kata Ketua RT 3 Manggar Baru, Mukhlis Sukarno.
Ratusan relawan didatangkan untuk ikut mengecat. Hampir semua warga juga ikut terpanggil.
Mereka mengecat dinding, jembatan dan jalan kayu di atas air, pagar-pagar, hingga gubuk sekitarnya dengan warna dominan merah, kuning, hijau. Sekitar 250-an bangunan dicat mulai awal Februari 2017 hingga kini.
Belasan pelukis profesional Balikpapan menjadi relawan di sana. Mereka khusus menggambar media pagar ratuan meter di gang utama menuju dermaga, dengan gambar yang membangkitkan kearifan lokal. “Semua dikemas supaya bisa menjadi area selfie,” kata Cadio.
Kehadiran Teluk Seribu nanti menambah lagi destinasi wisata keindahan alam di Balikpapan. Pemerintah agaknya merancang kota ini mengandalkan bentang alamnya sebagai obyek wisata. Kebetulan, potensinya cukup banyak.
Kantong-kantong hutan mangrove alami cukup luas mudah ditemui di Balikpapan, terlebih di sepanjang sungai besar.
Wisatawan lokal ataupun mancanegara kerap datang demi menyusuri sungai hanya untuk menikmati hutan yang eksotis, terutama demi menyaksikan satwa unik monyet hidung belanda yakni bekantan (Nasalis larvatus) yang merupakan penghuni asli mangrove.
Selain hutan bakau, pantai dan hutan lain juga menjadi bentang alam bagi destinasi wisata Balikpapan. Sebutlah di antaranya Pantai Manggar dan Teritip di Kecamatan Balikpapan Timur, dan Hutan Lindung Sungai Wain di poros Balikpapan menuju Samarinda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.