PALEMBANG, KOMPAS.com - Masakan khas Palembang tentu saja bukan hanya pempek. Namun, jika ditanya, lalu apakah masakan khas lainnya dari Palembang?
Salah satu jawabannya bisa diperoleh dengan menyambangi tempat bernama Sarinande.
Ketika mendatangi Sarinande, muka restoran ini lebih mirip rumah makan padang yang umumnya memiliki etalase dengan tumpukan aneka lauk.
(BACA: Ikan Seluang Goreng Khas Palembang, Garing dan Gurih...)
Namun, kata-kata "tempo doeloe" di spanduk depanlah yang membuatnya berbeda.
"Kakek awalnya tahun 1957 jualan di Jalan Sudirman, tetapi belum berbentuk rumah makan begini. Dulu hanya lemari dan menumpang di rumah orang," ujar Yusuf Rhandy, pengelola Sarinande.
Namun, dari situ, misalnya, orang sudah mulai mencari pindang patin buatan sang kakek, H Abdul Hamid.
Kalau olahan ikan patin biasanya bercitra amis, sajian di Sarinande ini membuat anggapan itu pupus. Bau amis tidak ada sama sekali, dan semuanya menyatu dalam wadah dan sajian ala tom yam Thailand.
Sajian berharga Rp 40.000 per porsi yang bisa disantap 2-3 orang itu hadir bersama dengan aneka masakan olahan ikan lainnya yang tidak kalah unik.
Misalnya, ada ikan lais goreng bumbuh cabai hijau yang munculnya tergantung musim, ikan belida yang diolah jadi sate pentul mirip otak-otak goreng, sate ikan dari bahan sama tetapi bahkan bukan berbentuk sate melainkan pepes, serta ada pula cung (tomat ceri) kuah pedas.
Kesegarannya mengimbangi aneka jus yang ditawarkan, misalnya jus naga merah (buah naga) dengan warna yang sangat pink dan dijual seharga Rp 20.000 per gelas.
Namun, karena orang-orang selalu bilang ingin makan pindang di rumah Sarinande, maka jadilah nama itu ikut keliling bersama sang kakek, lalu turun ke ayah Yusuf, dan kini di tangan Yusuf.
Rumah Makan Sarinande era Yusuf sendiri berdiri sejak 2012 terletak di Jalan Mayor Ruslan, Palembang, dengan jam buka dari pukul 09.00 hingga 21.00.