Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibalut Hening Lembah Sindoro-Sumbing

Kompas.com - 12/03/2017, 16:42 WIB

MELEPAS pandang dari lereng Sindoro, mata dan jiwa diteduhkan oleh hamparan hutan pinus, sawah, dan kebun tembakau di antara lekuk-lekuk bukit.

Meski terlihat kendaraan yang lalu lalang di jalur tengah Jawa Tengah, dari kejauhan tak terdengar suara bising. Di antara Gunung Sindoro dan Sumbing, waktu seperti melambat, saatnya kita rehat sejenak.

Denis Wahyudi (21) memarkir sepeda motor matiknya, melepas helm, lalu turun dari kendaraan.

Setelah menggerak-gerakkan badan, dia dan dua orang temannya bergegas memesan teh hangat, kopi, dan tempe kemul di salah satu warung di kompleks Wisata Alam Posong. Menunggu beberapa saat, pesanannya tersaji di meja kayu.

”Tempatnya pas buat istirahat. Santai sebentar sebelum nglanjutin perjalanan,” ujar Denis, Kamis (9/2/2017), dalam perjalanan dari Purwokerto menuju Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto itu mengatakan baru pertama kali mengunjungi destinasi wisata Posong.

Sebelumnya, dia hanya mendengar tempat itu dari beberapa temannya yang pernah singgah. Selain tentunya dari foto-foto di media sosial tentang obyek alam di tepi jalur tengah Jateng tersebut.

Tiga sekawan itu lantas melanjutkan obrolan santai mereka sambil mengunyah tempe berbalut adonan tepung dan kucai yang masih mengepulkan asap hangat.

Sesekali, mereka bertiga berswafoto bersama dari lokasi khusus yang telah disediakan dengan latar belakang hamparan lembah Sindoro-Sumbing.

Lokasi Wisata Alam Posong di Desa Tlahab, Kecamatan Kedung, Temanggung, memang terbilang strategis. Tepat di sisi utara jalur penghubung Wonosobo-Temanggung yang berkelok.

Dari gardu pembelian tiket di dekat jalan utama, pengunjung hanya perlu menempuh 3,5 kilometer lagi hingga sampai di obyek yang dikelola warga dan pemerintah desa setempat itu.

Perjalanan melintasi kebun kopi dan tembakau pun nyaman dengan jalan lebar dan berlapis batu makadam.

Pengelola Wisata Alam Posong, Zuniyanto, mengisahkan, destinasi wisata seluas 1,2 hektar itu dikembangkan pemuda setempat mulai 2010.

”Sejak dulu Posong menyimpan potensi wisata. Untuk itu, setelah berembuk dengan kepala desa, kami sepakat mengembangkan lokasi ini secara bertahap,” ujarnya.

Nurziyo, pengelola Wisata Alam Posong yang lain, menuturkan, pemerintah desa berinisiatif mengajukan anggaran Rp 9 miliar ke pemerintah kabupaten mesti hanya disetujui Rp 5 miliar.

Matahari terbit

Menurut Nurziyo, pengunjung umumnya datang untuk menyaksikan matahari terbit.

”Setiap hari, sekitar 100 pengunjung datang. Jumlah itu meningkat sepuluh kali lipat saat akhir pekan, hari Sabtu dan Minggu. Ke depan, kami akan menambah wahana seperti flying fox dan tempat outbond,” ujarnya.

Lokasi lain di lembah Sindoro-Sumbing yang sedang dikembangkan menjadi obyek wisata adalah Sedengkeng Pass di Desa Petarangan, yang masih di Kecamatan Kledung. Bedanya, jika Posong berada di lereng Sindoro, lokasi ini di lereng Gunung Sumbing.

Obyek wisata ini mulai viral di media sosial media sejak pertengahan 2016. Banyak foto menyuguhkan lanskap lembah dari ketinggian. Bahkan dari lokasi ini, laut Jawa di pantai utara pun terlihat.

KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO Wisatawan menikmati keindahan alam dari Sedengkeng Pass, di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (7/2/2017). Kawasan setinggi 1.823 meter di atas permukaan laut di lereng Gunung Sumbing tersebut, menawarkan keindahan alam lembah Gunung Sindoro-Sumbing dari ketinggian. Obyek wisata tersebut dirintis oleh warga setempat.
Namun, jalan menuju Sedengkeng Pass cukup ekstrem. Dari jalan utama, mobil dan motor mesti melintasi perkampungan dan jalan sempit, berkerikil, serta menanjak sepanjang 5 kilometer.

Pengendara mobil harus ekstra hati-hati terutama saat melintasi lahan pertanian. Di kanan dan kiri jalan terdapat lahan curam. Dua mobil dari arah berlawanan harus melintas bergantian karena lebar jalan hanya sekitar 3 meter.

Setelah berkendara sekitar 30-45 menit, ada tempat parkir kendaraan. Kemudian, perjalanan dilanjutkan berjalan kaki mendaki lereng Gunung Sumbing sejauh sekitar 800 meter.

Dari lokasi setinggi 1.823 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu terlihat jelas puncak Gunung Sindoro berpadu hamparan kebun sayur dan buah, yang ditanam mengikuti kontur lereng gunung.

”Pemandangan di sini damai, rumpun awan dan bukit-bukit di bawahnya bikin kagum,” ucap Jefri (19), mahasiswa asal Temanggung, Selasa (7/2/2017).

Kebanyakan pengunjung datang untuk berfoto. Menara kayu dan ayunan berlatar kecantikan alam lembah Gunung Sumbing menjadi titik foto yang paling disukai.

”Tak semua tempat punya pemandangan sebagus ini, kalau foto diunggah ke media sosial pasti banyak yang tanya,” kata Sukma (18), pelajar asal Semarang.

Kepala Desa Petarangan Jumarno mengatakan, Sedengkeng Pass dibuka pada Juni 2016. Obyek wisata itu dikembangkan kelompok pencinta alam.

KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO Wisatawan menikmati keindahan alam dari Obyek Wisata Alam Lembah Posong, di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (10/2/2017). Kawasan di lereng Gunung Sindoro tersebut, menawarkan keindahan alam lembah Gunung Sindoro-Sumbing dari ketinggian. Obyek wisata yang dirintis pemerintah desa dan warga setempat tersebut semakin terkenal setelah banyak yang mengunggah swafoto mereka melalui media sosial.
Nantinya, Sedengkleng Pass direncanakan menjadi obyek wisata terintegrasi dengan Situs Watu Kandang dan air terjun Ngesong. Pemerintah desa mengalokasikan dana Rp 1 miliar.

Tempat istirahat

Secara geografis, letak lembah Sindoro-Sumbing tidak jauh dari Dataran Tinggi Dieng. Keduanya sebangun. Tinggi Sumbing sekitar 3.340 mdpl lebih tinggi daripada tinggi Sindoro yang 3.155 mdpl. Potret aktivitas penduduk agraris khas Jateng menambah kebersahajaan.

Lereng Sindoro-Sumbing juga menawarkan agrowisata terutama perkebunan kelengkeng, tembakau, vanili, kopi, dan teh. Beberapa obyek lain, misalnya, perkebunan teh Agrowisata Tambi di lereng Sindoro.

Bagi umat Katolik, terdapat obyek wisata religi Gua Maria Taman Rohani Anggunggondok atau disingkat Taro Anggro di Desa Reco, Kecamatan Kertek, Wonosobo. Lokasinya juga tidak jauh dari jalan utama Wonosobo-Temanggung.

Sindoro-Sumbing juga ideal untuk lokasi istirahat termasuk saat mudik Lebaran. Jalur tengah ini bisa jadi alternatif pemudik dari Jakarta menuju Yogyakarta yang ingin menghindari sesaknya jalur selatan.

Waktu paling tepat menikmati keindahan panorama yakni pada pagi hari.

Prospek wisata yang menggeliat mulai mengerek harga tanah di sekitar lembah Sindoro-Sumbing.

Joko Setiawan, warga Desa Tlahab, mengatakan, banyak investor termasuk dari luar daerah mengincar tanah yang lokasinya strategis.

Harga tanah yang dulu hanya terbilang puluhan juta per hektar kini meroket menjadi Rp 400 juta.

Buah simalakama pariwisata semacam itu mesti diantisipasi pemerintah daerah. Berkah keindahan alam lembah Sindoro-Sumbing semestinya dikelola dan diutamakan bagi kesejahteraan penduduknya. (GREGORIUS MAGNUS FINESSO/KARINA ISNA IRAWAN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Maret 2017, di halaman 23 dengan judul "Dibalut Hening Lembah Sindoro-Sumbing".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com