Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melancong ke Thailand, Yuk Berburu Kabut di Mae Hong Son

Kompas.com - 14/03/2017, 11:23 WIB

KOMPAS.com -Saya terpukau saat Ning, teman asli Thai menunjukkan sebuah foto perkemahan di suatu danau yang indah. Danau berkabut dengan kilauan matahari pagi dikelilingi pegunungan hutan pinus merupakan kombinasi ilustrasi alam yang sempurna bagi saya.  

Gambar tersebut berlokasi di Pang Oung, Mae Hong Son yang menjadi salah satu destinasi impian Ning masa kecil.

Menurutnya, tempat ini jarang didatangi wisman karena lokasi yang cukup terpencil juga perlu pendamping orang lokal untuk mendapatkan sebuah pengalaman otentik.

(BACA: 7 Lokasi Bergaya Lanna yang Wajib Didatangi di Chiang Mai)

Tanpa perlu belajar mengeja nama tempat di provinsi sebelah utara Thailand yang agak sulit diucapkan ini, saya langsung tunjuk jari mengiyakan ajakannya ke sana. Ayo!

NOVA DIEN Pemandangan pagi hari di Pang Oung atau Pang Ung, Provinsi Mae Hong Son, Thailand.
Mae Hong Son disebut sebagai "kota tiga kabut” karena dikelilingi 90 persen pegunungan tinggi yang sering tertutup kabut. Putaran kabut tahunan mulai dari kebakaran hutan di musim panas, embun kabut di musim hujan dan kabut di musim dingin.

Lokasinya yang terpencil menjadikan kota ini terbaik dari semua kota sibuk yang ada di Thailand. Nyaris tak terlihat tuk-tuk di sini.

Namun tidak berarti Mae Hong Son adalah wilayah yang belum dipetakan. Potensi kota yang berbatasan dengan Myanmar ini sangat diminati wisatawan untuk kegiatan alam seperti berperahu, trekking dan berkemah.

Kami berangkat dari Chiang Mai ke bandara Mae Hong Son (MHS) menggunakan maskapai Kan Air, pesawat baling-baling yang memakan waktu terbang sekitar 35 menit. Alternatif lainnya adalah dengan menggunakan bus selama tiga jam perjalanan.

NOVA DIEN Pemandangan dari Kuil Phra That Doi Kong Mu di Mae Hong Son, Thailand.
Saya memilih terbang untuk menghindari rute darat ‘MHS Loop’ yang terkenal dengan 1.864 kelokan!.

Untuk memaksimalkan dua hari di Mae Hong Son, kami menyewa layanan tur perjalanan termasuk penjemputan di bandara, perjalanan ke 8 situs wisata, sekaligus mengantar sampai ke tujuan akhir kami yaitu Pang Oung.

Mengagumi Panorama di Wat Phra That Doi Kong Mu

Situs pertama perjalanan wisata kami di provinsi terbesar kedelapan (dari 76 provinsi) di Thailand ini adalah ke kuil Phra That Doi Kong Mu. Di dalam kuil yang dibangun pada tahun 1860 ini terdapat dua candi dan dua wihara.

Saya suka salah satu candi yang bercat putih bertingkat delapan yang di dalamnya mengabadikan gambar Buddha dengan menara emas di atasnya.

NOVA DIEN Kuil Phra That Doi Kong Mu di Mae Hong Son, Thailand.
Berdiri di atas ketenangan bukit Doi Kong Mu, kuil bergaya Birma ini bisa terlihat dari sebagian besar tempat di kota Mae Hong Son.

Begitupun sebaliknya, dari puncak bukit Doi Kong Mu saya dapat melihat pemandangan 360 derajat Mae Hong Son, danau Chong Kham, lembah Pai dan kota negara tetangga, Birma, Myanmar.

Menjenjangkan Leher di Karen Tribe Village

Mayoritas (60 persen) penduduk di Provinsi Mae Hong Son terdiri dari suku-suku yang tinggal di perbukitan atau disebut Hill Tribe. Termasuk Hmong, Yao, Lahu, Lisu, Akha, Shan dan suku Karen.

Siang hari, kami mengunjungi desa Suku Karen yang terkenal dengan kelompok wanita berleher panjang atau long-neck. Wanita suku Karen diidentifikasi oleh tumpukan cincin kuningan besar yang mereka kenakan di leher sejak kecil.

NOVA DIEN Perempuan Suku Karen di Provinsi Mae Hong Son, Thailand, dengan tumpukan cincin kuningan besar yang mereka kenakan di leher sejak kecil.
Konon, cincin-cincin besar tersebut bertujuan untuk melindungi para wanita suku Karen dari perbudakan dengan cara membuat mereka terlihat kurang menarik bagi suku-suku lainnya.

Di sini kami sempat memakai cincin-cincin besar di leher yang disediakan oleh para wanita Karen. Beratnya seakan memakai kalung rantai besi membuat saya sulit menggerakkan leher ke kiri dan ke kanan, apalagi menunduk.

Kami berdua terlihat angkuh dengan dagu terangkat layaknya model saat melintasi catwalk.

Melintasi Su Tong Pae Bamboo Bridge

Di situs ketiga kami berjalan di atas sebuah jembatan bambu sepanjang 500 meter dikitari sawah di desa Ban Kung Mai Sak. Konstruksi jembatan bambu Su Tong Pae ini sangat sederhana namun indah dengan sawah padi hijau di sekelilingnya.

NOVA DIEN Jembatan bambu Su Tong Pae sepanjang 500 meter dikitari sawah di desa Ban Kung Mai Sak, Provinsi Mae Hong Son, Thailand.
Pemilik sawah menghibahkan tanah mereka dan membangun jembatan tersebut bersama penduduk desa sebagai jalan setapak sehari-hari.

Jembatan yang digunakan oleh penduduk desa ini menghubungkan Mae Sa Nga River dengan kuil di salah satu ujungnya.

Nama jembatan Su Tong Pae diterjemahkan oleh para biksu sebagai "doa sukses" yang menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat.

Menyuapi Domba di Pang Tong Palace

Pang Tong Palace dulunya adalah kediaman Ratu sekaligus menjadi proyek keluarga kerajaan. Selain bersawah, petani di Mae Hong Son juga membudayakan ternak seperti babi, ayam dan domba.

NOVA DIEN Memberi makan domba di Pang Tong Palace, Provinsi Mae Hong Son, Thailand. Makanan domba berupa rumput disediakan gratis untuk pengunjung.
Kami mampir di sebuah taman apik Pang Tong untuk memberi makan sekawanan domba piaraan istana. Makanan domba berupa rumput disediakan gratis untuk pengunjung.

Ini merupakan cara pintar untuk menghemat tenaga kerja sekaligus memberikan pengalaman interaksi bagi wisatawan. Tak heran, domba-domba ini terlihat gemuk dan sehat.

Facial di Phu Klon Mud Spa

Setelah sheep-feeding, saatnya kami merawat wajah di Phu Klon. Phu Klon adalah daerah sumber lumpur terbaik yang kabarnya hanya ada tiga tempat di dunia selain Israel dan Rumania.

Lumpur hitam murni bawah tanah dengan campuran air alam panas  60-140 derajat ini menghasilkan unsur mineral murni. Khasiat lumpur Phu Klon dipercaya baik untuk kulit dan dapat mengeluarkan kotoran racun yang ada dikulit.

NOVA DIEN Facial di Phu Klon Mud Spa. Phu Klon adalah daerah sumber lumpur terbaik di Thailand yang kabarnya hanya ada tiga tempat di dunia selain Israel dan Rumania.
Spa lumpur di Phu Klon menyediakan paket lumpur spa lengkap. Tersedia paket 90 menit dengan biaya 1.200 Baht (Rp 450.000) untuk seluruh badan. Kami memilih paket masker lumpur wajah saja yang berlangsung 15 menit seharga 80 baht (Rp 30.000).

Proses masker wajah sederhana, mulai dari wajah dibersihkan dengan air bunga, kemudian dilumuri lumpur dan didiamkan selama 30 menit. Lumayan, kulit terasa bersih dan lembut.

Rak Thai Village

Tanpa terasa hari sudah sore saat kami tiba di desa Rak Thai. ‘Rak Thai’ yang berarti ‘Cinta Thailand’, dan, saya jatuh cinta dengan desa ini.

Desa yang didirikan oleh mantan tentara asal Yunnan, China di tahun 1949 ini sangat memesona. Danau dengan air super tenang bagai kaca memantulkan refleksi lembah perbukitan yang begitu indah.

Snap!, kami sibuk berfoto sana-sini, sebelum matahari terbenam dan kabut menyelimuti desa yang terkenal dengan perkebunan teh ini.

NOVA DIEN Rak Thai Village di Provinsi Mae Hong Son, Thailand. ‘Rak Thai’ berarti ‘Cinta Thailand’.
Kami pun bergegas ke Pang Oung, destinasi terakhir yang menjadi tujuan kami sekaligus tempat kami menginap di Mae Hong Song.

Pang Oung

Pang Oung (Pang Ung) adalah salah satu proyek kerajaan hasil inisiatif Ratu Sirikit untuk pengembangan dataran tinggi. Dulunya, Provinsi Mae Hong Son dikenal sebagai lokasi jual-beli opium dan obat terlarang.

Oleh karena itu, kerajaan mengubah provinsi ini dengan ladang pertanian seperti beras, teh, kopi serta membangun potensi daerah lainnya untuk pembangunan demi kesejahteraan penduduknya, termasuk mempromosikan situs-situs wisata seperti Pang Oung.

Perlu dicatat, kunjungan ke Mae Hong Son yang terbaik adalah antara bulan November dan Februari karena cuaca yang cukup nyaman. Sedangkan di musim dingin di bulan Juni-Oktober cuaca malam hari sangat dingin, bisa mencapai nol derajat celsius.

Kunjungan kami kali ini adalah di bulan Januari di mana udara seperti saya sebutkan di atas masih nyaman.

NOVA DIEN Kuil Phra That Doi Kong Mu di Provinsi Mae Hong Son, Thailand.
Namun itu di siang hari, sedangkan pada malam hari suhu otomatis menurun. Kami diturunkan di Pang Oung setelah hampir dua jam perjalanan dari desa Rak Thai dengan sambutan udara 10 derajat celcius!

Di Pang Oung terdapat sebuah danau cantik tenang di lembah pegunungan hutan pinus yang berkilauan oleh sinar matahari dan kabut pagi.

Kata Ning, Pang Oung tak kalah dengan pemandangan di Swiss dan Selandia Baru. Sayangnya, hari sudah malam yang terlihat hanya kegelapan hutan. Waktunya kami tidur, tak sabar menunggu kokokan ayam.

Penginapan di Pang Oung kebanyakan adalah berupa hut atau tepatnya ‘gubuk sangat sederhana’ yang ditawarkan di sekitar desa Ruam Thai dengan harga sekitar 150-500 Baht (Rp 55.000 - Rp 185.000).

Alternatif lainnya adalah berkemah di dalam national park. Namun, untuk menginap di dalam taman nasional butuh izin masuk dari pemerintah Thailand. Untungnya, Ning sebagai ‘pemandu lokal’ saya sudah menyiapkan semuanya.

NOVA DIEN Pemandangan di Pang Oung atau Pang Ung, Provinsi Mae Hong Son, Thailand.
Kami bangun jam 5 subuh keesokan harinya. Udara terasa 10 kali lebih dingin dibandingkan saat kami tiba. Walau sudah mengenakan baju empat lapis saya masih merasa dingin.

Dengan nafas berasap kami mulai berjalan kaki menembus kegelapan hutan. Tercium bau pohon pinus dan embun basah melapisi kulit saya yang menggigil.

Untungnya beberapa warung kopi sudah ada yang buka. Saya mengajak Ning mampir memesan secangkir kopi panas.

Terlihat beberapa biksu memberkati pemilik warung yang sudah menyediakan makanan dan minuman cuma-cuma untuk menghormati para biksu yang menjalankan tugasnya hari itu.

Setelah berjalan kaki sekitar 20 menit, kami pun tiba di tepi danau. Banyak orang yang berkemah di sekitar danau namun tak melihat wisman satu pun di sini.

NOVA DIEN Peta Provinsi Mae Hong Son di Thailand. Dikenal sebagai kota tiga kabut karena dikelilingi 90 persen pegunungan tinggi yang sering tertutup kabut.
Kebanyakan adalah orang lokal yang telah siap dengan kamera dan tripod untuk mengabadikan pemandangan alam yang menjadi tujuan mereka ke sini. Begitupun kami, seraya mengirup udara segar, siap menyambut kabut dini hari.

Pukul 6 tepat, cahaya matahari mulai terlihat. Kabut yang tadinya menutupi danau perlahan mulai menipis dan memperlihatkan air danau yang berkilau.

Beberapa sampan penduduk yang datang dari kejauhan mulai mendekat, menjadikan obyek foto yang dramatis. Pohon-pohon pinus memperlihatkan bayangan jangkungnya di atas tanah berembun.

Berlatar belakang danau, pegunungan dan embun pagi membingkai pemandangan alam nan spektakuler. Beberapa saat saya lupa mengabadikannya, saking terkesima. Wajah bantal Ning terlihat girang tak terkira. Seakan dalam mimpi.

Impian kami berburu kabut di "kota tiga kabut" ini akhirnya kesampaian juga. Dalam diam kami  tersenyum bahagia.

Special Trip dan Tips

Menyambangi Pai

Jika Anda punya waktu tersisa di Mae Hong Son ada baiknya sambangi Pai. Pai adalah sebuah kota kecil cantik di Provinsi Mae Hong Son.

NOVA DIEN Desa Suku Karen di Provinsi Mae Hong Son, Thailand, yang terkenal dengan perempuan berleher panjang atau long-neck.
Pai terkenal di kalangan backpacker dengan guesthouse yang murah, toko-toko suvenir, dan restoran. Jangan kaget melihat begitu banyak turis asing di sini dibanding kota Mae Hong Son.

Berikut tiga pengalaman berkesan kami di Pai.

1. Mae Hong Son Loop

Ini adalah rute populer bagi wisatawan dan penggemar sepeda motor yang ingin menjelajahi sisi sebelah utara Thailand.

Kami naik songthaew dari stasiun bus kota Mae Hong Son seharga 120 Baht (sekitar Rp 50.000 per orang). Ribuan kelok jalanan selama 3 jam plus bonus pemandangan indah, menemani perjalanan kami.

2. Night Market

Mencoba makanan lokal asli Thailand Utara sekaligus belanja di pasar malam Pai sangat menyenangkan. Beberapa makanan dan barang di sini tak akan Anda dapatkan di tempat lain.

NOVA DIEN Rak Thai Village di Provinsi Mae Hong Son, Thailand. ‘Rak Thai’ berarti ‘Cinta Thailand’.
Makanan lokal kesukaan saya adalah Puk Ngadum yaitu beras dengan campuran wijen hitam dibakar dan diberi susu manis. Saya juga membeli atasan suku Karen yang keren. Murah meriah!

3. Walking Street

Bar, restoran, penginapan dan toko-toko jadi satu di sini. Jalan ini mirip Legian di Bali. Udara malam yang sejuk cenderung dingin membuat night-out makin seru.

Kami mampir di sebuah bar yang menyediakan beragam home-brew beer yang jarang ada di tempat lain di Thailand. Cheers! (www.liburing.com/Nova Dien)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com