Nama jembatan Su Tong Pae diterjemahkan oleh para biksu sebagai "doa sukses" yang menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat.
Menyuapi Domba di Pang Tong Palace
Pang Tong Palace dulunya adalah kediaman Ratu sekaligus menjadi proyek keluarga kerajaan. Selain bersawah, petani di Mae Hong Son juga membudayakan ternak seperti babi, ayam dan domba.
Kami mampir di sebuah taman apik Pang Tong untuk memberi makan sekawanan domba piaraan istana. Makanan domba berupa rumput disediakan gratis untuk pengunjung.
Ini merupakan cara pintar untuk menghemat tenaga kerja sekaligus memberikan pengalaman interaksi bagi wisatawan. Tak heran, domba-domba ini terlihat gemuk dan sehat.
Facial di Phu Klon Mud Spa
Setelah sheep-feeding, saatnya kami merawat wajah di Phu Klon. Phu Klon adalah daerah sumber lumpur terbaik yang kabarnya hanya ada tiga tempat di dunia selain Israel dan Rumania.
Lumpur hitam murni bawah tanah dengan campuran air alam panas 60-140 derajat ini menghasilkan unsur mineral murni. Khasiat lumpur Phu Klon dipercaya baik untuk kulit dan dapat mengeluarkan kotoran racun yang ada dikulit.
Proses masker wajah sederhana, mulai dari wajah dibersihkan dengan air bunga, kemudian dilumuri lumpur dan didiamkan selama 30 menit. Lumayan, kulit terasa bersih dan lembut.
Rak Thai Village
Tanpa terasa hari sudah sore saat kami tiba di desa Rak Thai. ‘Rak Thai’ yang berarti ‘Cinta Thailand’, dan, saya jatuh cinta dengan desa ini.
Desa yang didirikan oleh mantan tentara asal Yunnan, China di tahun 1949 ini sangat memesona. Danau dengan air super tenang bagai kaca memantulkan refleksi lembah perbukitan yang begitu indah.
Snap!, kami sibuk berfoto sana-sini, sebelum matahari terbenam dan kabut menyelimuti desa yang terkenal dengan perkebunan teh ini.
Pang Oung
Pang Oung (Pang Ung) adalah salah satu proyek kerajaan hasil inisiatif Ratu Sirikit untuk pengembangan dataran tinggi. Dulunya, Provinsi Mae Hong Son dikenal sebagai lokasi jual-beli opium dan obat terlarang.
Oleh karena itu, kerajaan mengubah provinsi ini dengan ladang pertanian seperti beras, teh, kopi serta membangun potensi daerah lainnya untuk pembangunan demi kesejahteraan penduduknya, termasuk mempromosikan situs-situs wisata seperti Pang Oung.
Perlu dicatat, kunjungan ke Mae Hong Son yang terbaik adalah antara bulan November dan Februari karena cuaca yang cukup nyaman. Sedangkan di musim dingin di bulan Juni-Oktober cuaca malam hari sangat dingin, bisa mencapai nol derajat celsius.
Kunjungan kami kali ini adalah di bulan Januari di mana udara seperti saya sebutkan di atas masih nyaman.
Di Pang Oung terdapat sebuah danau cantik tenang di lembah pegunungan hutan pinus yang berkilauan oleh sinar matahari dan kabut pagi.
Kata Ning, Pang Oung tak kalah dengan pemandangan di Swiss dan Selandia Baru. Sayangnya, hari sudah malam yang terlihat hanya kegelapan hutan. Waktunya kami tidur, tak sabar menunggu kokokan ayam.
Penginapan di Pang Oung kebanyakan adalah berupa hut atau tepatnya ‘gubuk sangat sederhana’ yang ditawarkan di sekitar desa Ruam Thai dengan harga sekitar 150-500 Baht (Rp 55.000 - Rp 185.000).
Alternatif lainnya adalah berkemah di dalam national park. Namun, untuk menginap di dalam taman nasional butuh izin masuk dari pemerintah Thailand. Untungnya, Ning sebagai ‘pemandu lokal’ saya sudah menyiapkan semuanya.